Mohon tunggu...
khomariyah anggun pitaloka
khomariyah anggun pitaloka Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Memahami Adab dalam Beretorika

1 Juli 2024   22:06 Diperbarui: 1 Juli 2024   22:55 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara praktis, retorika dan dakwah harus mengedepankan adab. Hal-hal yang baik harus diterapkan dan yang buruk harus dihindari. Prinsip baik dan buruk ini berlaku secara timbal balik, baik untuk komunikator (orator dan dai) maupun komunikan (audiens dan mad'u).

Secara umum, adab dalam Islam adalah aturan sopan santun yang berasal dari al-Qur'an. Adab ini digunakan untuk menjalin komunikasi dialogis antar manusia. Dalam Islam, adab memiliki hierarki yang lebih tinggi daripada ilmu.

Dalam komunikasi Islam (dakwah), kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti sangat diutamakan. Oleh karena itu, dalam komunikasi Islam, fokus tidak hanya pada hasil akhir tetapi juga pada prosesnya. Di sinilah terlihat urgensi adab dalam retorika dakwah.

Adab dan akhlak dalam Islam memiliki perbedaan. Adab adalah aturan yang bersifat memaksa, sedangkan akhlak adalah panggilan hati tanpa paksaan. Secara sederhana, akhlak adalah respons spontan. Dalam retorika dakwah, lebih tepat mengusung adab karena sifatnya yang mengikat.

Akhlak atau respons spontan dari orator atau dai muncul secara alami saat ceramah atau pidato. Hal ini bukan karena terikat aturan agama atau budaya, direncanakan, atau dibuat-buat. Namun, akhlak dapat dipelajari, diulang-ulang, dan dibiasakan.

Secara aksiologis, adab membantu orator dan dai menjadi individu yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak sesuai konteks waktu dan tempat tertentu. Ini dikenal sebagai ethos dalam ilmu retorika yang mempengaruhi komunikan.

Berdasarkan paparan di atas, adab retorika dapat dipahami sebagai berikut:

Pertama Aturan tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti saat berbicara untuk mengajak manusia berbuat baik. Aturan ini ditujukan kepada orator atau dai.

Kedua Adab retorika dakwah adalah aturan mengenai hal-hal yang baik dan buruk yang mengikat dan harus dipatuhi saat dai berdakwah atau orator berpidato. Adab ini menekankan pentingnya menjaga diri dari kesalahan.

Ketiga Adab retorika dakwah mencerminkan baik dan buruknya dai dan orator yang tampil di berbagai media, baik panggung dan mimbar (media tradisional), radio dan televisi (media konvensional), maupun media sosial (new media).

Para dai dan orator akan mendapat pujian dan sanjungan dari netizen jika mengusung adab retorika dakwah. Namun, mereka akan dicaci dan dimaki jika mengabaikannya. Respons negatif dari netizen di dunia digital cenderung lebih menyakitkan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

Menyampaikan pesan dakwah itu penting. Membuat dakwah menjadi informatif, persuasif, dan rekreatif juga penting. Namun yang paling penting adalah membawa kesopanan, keramahan, dan budi pekerti dalam setiap proses tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun