Mohon tunggu...
KHOLISOH
KHOLISOH Mohon Tunggu... Guru - teacher blogger

menulis itu sebuah keindahan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bu, Ayo Kita Main

12 Januari 2022   15:55 Diperbarui: 12 Januari 2022   15:59 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bu, ayo kita main!". Ucapan si kecil ketika mengajak ibunya untuk bermain bersama.

Buat mereka main merupakan kegiatan yang paling menyenangkan dan berkesan, memang sudah menjadi tugas perkembangannya seperti itu untuk melatih kemampuan motoriknya.

Apakah kita sebagai orang tua pernah bermain bersamanya atau hanya sekedar menemani mereka sesekali waktu. Bagi ibu rumah tangga mungkin ini hal biasa dan kapan saja bisa menemaninya, akan tetapi buat para orang tua yang bekerja harus memilih waktu  tepat bahkan tak jarang harus menunggu hingga liburan. Mungkin bagi anak ini membosankan menunggu terlalu lama hanya untuk main atau liburan bersama.

Ini yang dinamakan dengan quality time buat keluarga, sebenarnya tidak harus menunggu waktu yang tepat hal ini dapat dilakukan sebagai contoh saat nonton TV bersama atau ketika semua anggota berkumpul dan bersenda gurau itupun sudah bagus. Justru saat -- saat kebersamaan inilah yang mempererat hubungan emosional seluruh anggota keluarga.

Tidak jarang ketika menemaninya bermain kita masih aktif lihat sosmed, terlontarlah kalimat "Katanya mau main sama aku, ibu masih pegang hape terus" begitu protesnya.

Atau karena kesibukan orang tuanya ia lebih memilih asik bermain dengan gadgetnya daripada bermain dengan teman sebayanya.

Lebih memilukan lagi seorang ibu muda baru menyadari kekeliruannya ketika mendapati buah hatinya mengalami speech delay atau keterlambatan dalam berbicara, kesalahan fatal yang dilakukannya yaitu membiarkan anaknya dalam kondisi anteng sementara ibunya asyik dengan gadgetnya. Hal itu mengguncang hatinya hingga merasa bersalah atas keteledorannya setelah mendengar penjelasan dokter anak bahwa buah hatinya mengalami keterlambatan dalam berbicara karena tidak adanya rangsangan yang diberikan ibu atau dengan kata lain anak itu terlihat baik- baik saja secara kasat mata karena terlihat sangat anteng. Ketika anak tersebuta diajak keluar melihat teman -- teman seumurannya ternyata berbeda dalam hal berkomunikasi ia hanya diam saja tidak berbicara, melihat hal demikian bagai disambar petir di siang hari. Ternyata saya melakukan kesalahan yang seharusnya anakku sudah dapat bermain dan bersosialisasi dengan teman lainnya. Belajar dari kasus ini hendaknya orang yang pertama kali dilihatnya berbicara dan mengajaknya berkomunikasi ialah ibunya.

Kita tidak akan membahas mengenai gadget dan dampaknya akan tetapi lebih kepada perhatian dan peran kita sebagai orang tua.  

Umumnya yang mereka butuhkan hanyalah perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Perhatian dan kasih sayang harus diungkapkan dan dihadirkan di dalam rumah agar semuanya merasa tenang dan damai.

Anak -- anak butuh akan hal ini dan baik bagi pertumbuhan serta perkembangan mereka di masa mendatang. Kata -- kata ajaib yang didasari rasa cinta akan membangkitkan hubungan emosional anak dan orang tua sehingga memenuhi ruang di otak dan perasaan mereka hingga merangsang pertumbuhan serta perkembangan mereka jauh lebih baik.

Hal ini harus dimulai  dari kita sebagai orang tua belajar untuk memberikan perhatian sejenak pada mereka sekedar mengatakan bahwa gambar buatannya itu sangat bagus dengan perhatian sepenuhnya artinya kita memuji dengan penuh ekspresi takjub disertai dengan gerakan tubuh yang bermakna tanpa berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun