Mohon tunggu...
Kholis Ardiansyah
Kholis Ardiansyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Study at Psychology | UIN Maliki Malang | Never Stop to #Process |

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Review Buku "Catatan Diary Anne Frank": Melihat Anne Frank dari Sudut Pandang Psikologi

12 April 2015   00:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi Holocaust telah menjadi isu hangat publik, ketika Jerman menduduki ras bawah di Eropa Meliputi ras Yahudi, Polandia, Rusia, Belarusia-Serbia, Afrika, dan  Asia. Mereka beranggapan bahwa ras – ras ini di bawah ras Arya, sehingga mereka melabelinya sebagai golongan Untermensch (manusia rendahan) dan menjadi target utama pembersihan Nazi.  Rezim yang saat itu dipegang oleh Adolf Hitler, memegang kendali dalam pembersihan ras – ras ini, dengan korban terbanyak pada ras Yahudi. Hitler dan Nazi, yang kemudian diikuti Nazi kemudian diikuti negara – negara berikut: Bulgaria, Norwegia, Yunani, dan sebagainya. Dengan menjadi kendali dalam peristiwa ini, sejak pada 30 Januari 1933 Presiden Hiddenburg mengangkat Hitler sebagai Kanselir  Reich. Dalam perkembangannya Perang Dunia II tidak terelekkan lagi, yang digaungkan oleh Inggris dan Perancis kemudian ditambah keterlibatan Amerika Serikat.
Upaya pembersihan tersebut membawa luka pada ras Yahudi. Mereka dideportasi untuk dibunuh, dimasukkan dalam ruang gas, dan sebagainya. Tragedi tersebut, tentunya tidak luput dari kehidupan Anne Frank, seorang remaja yang saat itu hidup pada masa ini. Anne mencerittakannya melalui buku diary yang ia peroleh saat ulang tahunnya ke- 12. Dalam diary tersebut dikisahkan kedelapan orang, termasuk keluaganya bersembunyi di kantor ayahnya, Otto yang ia sebut sebagai Secret Annex selama dua tahun. Secret Annex berada pada lantai teratas gedung diantara mereka yaitu keluarga Otto Frank (Edith Frank, Margot, dan Anne) keluarga Van Daan (berjumlah tiga orang – Peter, anak laki – laki mereka) dan Albert Dussel, seorang dokter gigi.
Melihat kehidupan Anne pada fase ini, sulit membayangkan bagaimana seorang Yahudi, seperti dirinya terjebak dalam situasi yang sulit. Memasuki masa remaja, akan timbul hal – hal yang tidak biasa. Selain itu kondisi traumatik yang berkepanjangan mengakibatkan konflik sesama penghuni Secret Annex. Karena teror yang terus dijatuhkan pada kaum Yahudi, Anne me-represi ketakutannya melalui diary yang ditulisnya.

[caption id="attachment_409427" align="aligncenter" width="324" caption="Foto Anne Frank (Capture melalui Instagram @annefrank4ever)"][/caption]

Melalui siaran radio dia merasa ada harapan baru ketika Gandhi, Inggris, dan Amerika memberi tekanan pada Jerman - Nazi. Kecemasan lain yang diperlihatkan Anne, ketika ia berkonflik pada penghuni Secret Annex. Misalnya perselsihannya dengan Nyonya van Daan, yang membuatnya harus mengalah. Ia kemudian berani menentangnya, dengan menunjukkan kekuranga Ny. van Daan dan mengakibatkannya malu pada diri sendiri. Kemudian, konflik bertambah antara dirinya dengan Dussel. Konsep fiksasi regresi, cenderung berbicara banyak pada diri Anne.

[caption id="attachment_409431" align="aligncenter" width="324" caption="Koleksi Buku Anne Frank (Capture melalui Instagram @annefrank4ever)"]

14287735161062421198
14287735161062421198
[/caption]

Sementara Anne menemukan gejolak pada rasa cinta-nya yang kemudian ia curahkan pada Peter, anak Tuan van Daan yang pendiam. Melalui gejolak yang ada pada dirinya, dia kemudian mengalami kebingungan – karena seks dianggapa tabu pada masa itu. Setelah beberapa lama menngenal Peter, kemudian dia dan Peter mulai sekedar bercumbu, disitu Anne merasakan antara kebingungan dan kenkmatan.
Sehingga, dari pernyataan tersebut akan saling berinterasi dengan lingkungan, intinya hal ini akan berinteraksi pada peraduan nilai, jalan hidup dan pola fikir lingkungan yang disandarkan pada kesesuaian oleh masyarakat. Peran identitas akan mempengaruhi individu yang dimana nilai tersebut akan mengikuti pola perilaku  yang sesuai dalam masyaakat. remaja membutuhan pencarian faktor internal dan eksternal untuk memahami dan menerima. Sehingga, pada hal ini akan lebih tepat ketika Anne mendapat perlakuan yang sama pada kakanya dan para orang dewasa lebih memperhatikan atau memahaminya. Objek kasih sayang lebih tertuju pada ayahnya, dengan konflik lebih tertuju pada ibunya. Dia mengungkapkan ketidakpuasannya pada  Margot, karena kepandaiannya pada studi, sehingga perlakuannya pun berbeda.-bngung identitas.

... kami berjalan di bawah guyuran hujan lebat dengan membawa banyak barang dengan tanda yellow star (Tanda untuk membedakan orang Yahudi dengan lainyya.) yang ada pada kami, orang – orang akan diam saja, walaupun aku tahu mereka merasa iba.. hak – hak kami dirampas waktu itu, misalnya anak – anak Yahudi hanya boleh di sekolah Yahudi, perampasan kendraan pribadi, tidak boleh masuk bioskop, pembatasan jam malam (Pada  Perang Dunia II, yang dinyatakan oleh Inggris dan Perancis pada 3 September 1939.  Berlaku jam  malam untuk Yahudi, jam 9 malam untuk musim panas dan jam 8 malam untuk musim dingin.)...

Dan hal ini, sebagian besar mempengaruhi diri Anne setelah ia mencari ”siapa dirinya yang sebenarnya”. Melihat realita yang ada, Anne berfikir ia tidak akan mampu meraihnya. Di lain sisi banyak perjalanan hidup dari Secret Annex yang membuat ia optimis mencapai tujuannya, misalnya motivasi untuk menjadi anak yang pandai seperti kakanya. Dia jugga banyak membaca buku – buku fiksi atau non-fiksi, salah satu bentuk riil ketika ia mengetahui perubahan – perubahan remaja dari sebuah artikel.

... menurut artikel Sis Heyster bahwa “Selama masa puber, seorang gadis menarik diri dan mulai berfikir tentang perubahan – perubahan menakjubkan dari dalam tubuhnya”. Dan kemudian wajahku memerah...

Refleksi Kehidupan Anne Frank pada Konteks Psikologi

Melihat kehidupan Anne pada fase ini, sulit membayangkan bagaimana seorang Yahudi, seperti dirinya terjebak dalam situasi yang sulit. Memasuki masa remaja, akan timbul hal – hal yang tidak biasa, selain itu kondisi traumatik yan berkepanjangan mengakibatkan konflik sesama penghuni “Secret Annex”.

Dalam analisa teori Freud, dapat dikatakan bahwa untuk menjadi pribadi yang sehat ego harus ampu menyeimbangkan id dan suuperego, id bekerja terus pada kenikmatan semata sedangkan superego berupa nurani. Id lebih bekerja pada level unconscious, ego pada conscious, dan superego bekerja pada level yang dimiliki id dan ego, ditambah area preconscious (tempat memori bekerja). Tetapi keterkaitan dan jalan pada ketiga-nya tidak diberi fakta realitas dan batas susunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun