Dalam beberapa hari terakhir pergolakan politik tingkat tinggi terjadi di Malaysia. Akhirnya, Raja Malaysia memutuskan untuk mengangkat Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri. Namun, polemik ini bisa jadi akan berlanjut pada 9 Maret nanti.
Diketahui, sebagai negara parlementer, Malaysia memiliki dua kubu di parlemen, yakni kubu pemerintah dan kubu oposisi. Kubu pemerintah adalah koalisi Pakatan Harapan. Pakatan Harapan ini adalah koalisi yang terdiri dari beberapa partai, dua di antaranya adalah Partai Pribumi Bersatu Malaysia yang didirikan oleh Mahathir Mohamad dan Partai Keadilan Rakyat yang diketahui Anwar Ibrahim. Sementara oposisi adalah koalisi Barisan Nasional yang di antaranya diisi oleh partai UMNO (yang menaungi eks Perdana Menteri Najib Razak), Partai Islam se-Malaysia (PAS), MCA, MIC.
Mula dari cerita tentang pergolakan politik ini cukup panjang. Mahathir Mohamad yang dulunya identik dengan UMNO memutuskan untuk mendirikan partai baru bersama Muhyiddin Yassin, yakni Partai Pribumi Bersatu Malaysia pada 2016. Pendirian partai ini dilakukan karena Mahathir tak puas dengan performa UMNO dan pemerintahan Malaysia di bawah Najib Razak.
Yang cukup mengejutkan, Partai Pribumi Malaysia Bersatu berkoalisi dengan Partai Keadilan Rakyat yang diketahui Anwar Ibrahim. Koalisi itu, yang juga berisi beberapa partai lain, berusaha menjungkalkan koalisi Barisan Nasional yang dikomandoi UMNO. Mengejutkan karena dalam sejarahnya Mahathir Mohamad  dan Anwar Ibrahim pernah berseteru hebat. Keduanya pernah di Barisan Nasional. Bahkan, dalam satu masa Mahathir menjadi Perdana Menteri Malaysia dan Anwar Ibrahim menjadi Deputinya (wakilnya). Namun, Anwar Ibrahim kena kasus yang membuatnya harus terlempar dari peta perpolitikan Malaysia. Di masa itulah, relasi antara Mahathir dan Anwar Ibrahim memburuk.
Kemudian, koalisi Pakatan Harapan yang di dalamnya ada partainya Mahathir dan Anwar memenangkan pemilu pada 2018. Karena Pakatan Harapan menang pemilu, maka Perdana Menteri Malaysia adalah politisi dari koalisi Pakatan Harapan. Mahathir kemudian menjadi perdana menteri di usia kelapa sembilan. Namun, ada kesepakatan bahwa Mahathir menjadi perdana menteri setengah jalan, dan setengah jalan selanjutnya, jabatan perdana menteri diberikan pada Anwar Ibrahim.
Namun, setelah hampir dua tahun, tak ada tanda-tanda bahwa Mahathir akan menyerahkan jabatan perdana menteri pada Anwar Ibrahim. Bahkan, Mahathir menyebutkan jika dirinya akan memutuskan sendiri kapan meletakkan jabatan perdana menteri. Namun, tak lama setelah mengungkapkan pernyataan itu, Mahathir secara mengejutkan mengundurkan diri sebagai perdana menteri.Â
Jika mengacu pada kesepakatan mula, maka kursi perdana menteri diserahkan pada Anwar Ibrahim. Hanya saja, Mahathir sepertinya tak memberi gesture bahwa kursi puncak pemerintahan itu diserahkan ke Anwar Ibrahim. Mahathir menyerahkan pada pimpinan parpol koalisi Pakatan Harapan untuk menunjuk siapa yang akan jadi perdana menteri.
Lalu, Anwar Ibrahim mengaku mendapatkan mandat sebagai perdana menteri dari koalisi Pakatan Harapan. Namun, Muhyiddin Yassin (ketua Partai Pribumi Bersatu Malaysia) juga mengungkapkan bahwa dia mendapatkan mandat sebagai perdana menteri dari koalisi Pakatan Harapan. Muhyiddin bukan hanya mengungkapkan mandat itu, tapi juga menjelaskan bahwa dia juga didukung UMNO (partai yang berada di koalisi Barisan Nasional, atau koalisi oposisi).
Ketika Muhyiddin mengaku mendapatkan dukungan dari UMNO, Mahathir tak terima. Mahathir mengaku tak setuju berkoalisi dengan partai bermasalah. Mahathir kemudian mendeklarasikan diri siap kembali menjadi perdana menteri. Dia tak mau partai yang dia dirikan berkoalisi dengan UMNO. Ketika Mahathir vs Muhyiddin, Anwar Ibrahim pun 'kalah'. Dia mendukung Mahathir untuk kembali menjadi perdana menteri.
Hanya saja, di polemik itu, Raja Malaysia yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah Ri'ayatuddin Al-Mustafa Billah Shah memutuskan Muhyiddin sebagai perdana menteri baru pada 29 Februari 2020. Namun, keputusan itu bukan akhir segalanya karena pada 9 Maret nanti, situasi politik level elite bisa kembali berkecamuk. Sebab, bisa saja Muhyiddin ternyata tak mendapatkan dukungan mayoritas parlemen. Sebab, Mahathir pun juga mengklaim bahwa dia memiliki suara mayoritas parlemen. Diketahui jumlah anggota parlemen Malaysia ada 222 orang, sementara Mahathir mengklaim mendapatkan dukungan dari 114 anggota parlemen.
Pergolakan politik tingkat tinggi di Malaysia ini bisa menjadi bahan pelajaran berarti soal dinamika politik. Keputusan Mahathir dan Anwar untuk bersatu menjelaskan bahwa tak ada kawan dan lawan yang abadi. Yang ada adalah kepentingan yang sama. Mahathir dan Anwar yang dulu berseberangan bisa bersatu.