Baru-baru ini Indo Barometer merilis survei kandidat calon presiden untuk Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Hasilnya, Prabowo Subianto di posisi teratas, disusul Anies Baswedan, dan Sandiaga Uno.
Dari rilis yang dibeberkan Indo Barometer itu, ternyata ada empat "bintang lokal" yang juga memiliki peluang untuk bisa maju di Pilpres 2024.Â
"Bintang lokal" yang dimaksud di sini adalah para pemimpin di daerah. Mereka adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang ada di posisi empat, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang berada di posisi lima, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di posisi tujuh, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil di posisi delapan.
Jika keempat bintang lokal ingin maju menjadi RI 1, maka masih ada waktu sekitar tiga tahun untuk menaikkan elektabilitasnya. Mereka juga harus sering "promosi" ke wilayah lain agar lebih dikenal. Selain itu, pendekatan pada parpol pun harus mulai dijalin. Sebab, hanya parpollah yang berhak mencalonkan seseorang sebagai calon presiden.
Tulisan ini mencoba menerawang peluang keempatnya untuk maju nyapres. Tentunya, penerawangan ini sangat subjektif dari penulis. Anda semua berhak dan boleh memiliki pandangan yang berbeda.
Ganjar Pranowo
Saat ini PDI Perjuangan adalah parpol dengan kursi terbanyak di DPR RI. Kader PDI Perjuangan Joko Widodo juga menjadi Presiden Republik Indonesia. Ibarat kata, PDI Perjuangan menang maksimal pada Pemilu 2019 lalu. Pertanyaan yang kemudian muncul untuk 2024 adalah siapa yang akan dijagokan PDI Perjuangan?
Selama pilpres langsung, sejak 2004, PDI Perjuangan selalu mengajukan kader sendiri. Pada 2004, 2009, PDI Perjuangan mengajukan Ketua Umumnya, yakni Megawati Soekarnoputri. Pada dua pilpres selanjutnya, PDI Perjuangan mengajukan Jokowi. Pada Pilpres 2024, Jika berkaca pada pengalaman terdahulu, bisa jadi PDI Perjuangan akan kembali mencalonkan kadernya. Lalu siapa? Jokowi sudah tak bisa maju lagi karena sudah menjabat presiden selama dua periode.
Ketika Jokowi tak bisa maju lagi, maka Ganjar menjadi alternatif yang patut diperhitungkan. Apalagi, Ganjar adalah kader PDI Perjuangan yang memiliki elektabilitas paling tinggi dalam survey Indo Barometer di atas. Dalam dunia perpolitikan, nama Ganjar cukup familiar karena sebelum menjadi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar adalah anggota DPR RI yang vokal.
Selama memimpin Jawa Tengah, Ganjar juga mampu menaikkan performa Jawa Tengah. Salah satunya adalah di bawah kepemimpinan Ganjar, Jateng pernah menjadi satu satunya provinsi dengan predikat sangat baik dalam evaluasi sistem pemerintah berbasis elektronik.
Hanya saja, Ganjar harus bisa meyakinkan Ketua Umum PDI Perjuangan bahwa dirinya sangat bisa mendapatkan suara signifikan dalam Pilpres 2024. Selain itu, jika memang ingin maju di Pilpres 2024, Ganjar harus bersaing ketat dengan kader PDI Perjuangan lainnya, yang moncer sebagai kepala daerah, yakni Tri Rismaharini.
Tri Rismaharini
Risma, begitu biasa disapa, persis berada di bawah Ganjar Pranowo dalam urutan kandidat capres 2024 versi survei Indo Barometer. Risma yang juga kader PDI Perjuangan ini makin moncer setelah menjadi Wali Kota Surabaya. Banyak prestasi yang didapatkan Risma atau Surabaya.
Salah satu prestasi Risma adalah pada tahun 2013 dinobatkan masuk dalam 10 besar perempuan inspiratif dunia oleh majalah Forbes. Jika PDI Perjuangan kembali mengajukan kader sendiri untuk Pilpres 2024, maka Risma pun berpeluang menjadi calon. Apalagi, dalam sebuah kesempatan, Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri juga memberi penilaian positif pada Risma sebagai perempuan yang cerewet.
Peluang Risma untuk menjadi calon presiden di 2024 akan makin terbuka jika dirinya maju di Pilkada DKI Jakarta 2022 dan menjadi pemenang. Jika menjadi gubernur DKI Jakarta, kerja cepat Risma akan lebih mendapatkan sorotan, mengingat Jakarta masih menjadi magnet pemberitaan. Ketika dia bisa menjadi gubernur dengan kerja cepat dan sering disorot, elektabilitasnya akan naik luar biasa. Dia bisa mengulangi pencapaian Jokowi, yakni sebentar jadi gubernur kemudian nyapres.
Potensi Risma untuk maju di Pilkada DKI cukup besar. Apalagi pada Pilkada DKI Jakarta 2017, Risma sebenarnya menjadi salah satu kandidat dari PDI Perjuangan untuk maju kontestasi. Namun, maju tidaknya Risma di DKI juga akan tergantung dengan pilihan politik PDI Perjuangan.
Khofifah Indar Parawansa
Dari empat "bintang lokal", Gubernur Jawa Timur Khofifah bisa dikatakan paling "senior" di dunia politik. Namanya sudah disorot di masa akhir pemerintahan Presiden Soeharto.Khofifah yang saat itu adalah anggota DPR RI dari PPP dikenal sangat vokal. Setelah reformasi, Khofifah memutuskan pindah ke PKB.
Dia juga dua kali menjadi menteri, yakni Menteri Pemberdayaan Perempuan di masa Presiden Gus Dur dan Menteri Sosial di masa Presiden Jokowi. Khofifah juga kenyang dengan kompetisi pemilihan kepala daerah. Sebab, dia tercatat tiga kali mengikuti Pilkada Jawa Timur, di mana dalam pemilihan ketiga, dia berhasil menjadi pemenang.
Tak hanya itu, Khofifah juga sangat dekat dengan NU karena dia adalah Ketua Muslimat NU. Modal Khofifah bisa dikatakan sangat kuat, dari mulai pengalaman politik sampai massa pendukung. Hanya saja memang tinggal parpol mana yang akan meminang Khofifah. Sebab, setahu penulis, saat ini Khofifah bukan kader partai tertentu. Secara historis, mungkin PPP dan PKB yang sangat berpotensi mendorong Khofifah untuk maju.
Ridwan Kamil
Dibanding tiga "bintang lokal" lainnya, mungkin hanya Ridwan Kamil yang tak terlalu kuat bau partai politiknya. Maklum saja, Emil, begitu biasa dia disapa, memang bukan kader parpol. Emil adalah orang profesional yang masuk ke dunia politik pemerintahan. Namun, sekalipun bukan orang parpol, prestasi Emil bisa membuat parpol tergiur.
Emil pernah menjadi salah satu dari 50 pemimpin terbaik dunia versi majalah Forbes. Bukti bahwa Emil bisa menarik minat parpol terlihat di Pilkada Bandung dan Pilkada Jawa Barat. Di Pilkada Bandung, Emil diusung Gerindra dan PKS. Di Pilkada Jawa Barat Emil diusung NasDem, Hanura, PPP, dan PKB.
Dari dua pilkada itu bisa dijelaskan bahwa Emil bisa menarik minat parpol untuk mengusungnya, sekalipun dia bukan kader partai politik. Namun, perjuangan Emil harus maksimal dengan tugasnya sebagai Gubernur Jawa Barat saat ini. Emil harus bisa menarik perhatian nasional agar namanya terus meroket dan menjadi kandidat di Pilpres 2024. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H