Mohon tunggu...
Kholilul Rohman Ahmad
Kholilul Rohman Ahmad Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Publikasi merdeka dan beradab

Suka menulis, membaca, dan fotografi. Tinggal di Jakarta dari Magelang Jawa Tengah. Menulis menyimpul kata-kata, yang terucap menjadi tertulis, agar indah dan riang gembira.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kang Takur, Henpon Androit dan Mukernas PKB

3 Februari 2016   13:40 Diperbarui: 3 Februari 2016   13:59 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="MukernasPKB Tahun 2016"][/caption]JAMAN SUDAH BERUBAH menjadi modern ditandai banyak orang pegang handphone Androit. Namun begitu, Kang Takur masih setia menggunakan bakiak kayu sonokeling sebagai pelapis kulit kaki agar tidak kepanasan saat menapaki jalan aspal hotmik di siang bolong.

Sarung kotak-kotak selalu membelit badan bagian bawah. Sedangkan badan bagian atas ia lapisi baju putih lengan panjang. Di kepala seringkali kopiah kain warna krem coklat muda menempel menutupi sebagian rambut hitamnya.

Siang menjelang duhur itu Kang Takur berjalan ke langgar di Dusun Mentaok, kawasan permukiman para petani kopi di ujung Desa Selorejo. Jam masih menunjuk angka 11.00, sebentar lagi waktu dhuhur tiba. Kang Takur ke langgar untuk berjamaah duhur sekaligus beradzan saat nanti waktu duhur tiba.

Masih sekitar 30 menitan lagi dhuhur tiba, di serambi langgar Kang Takur duduk di tangga depan. Sambil melepas kopiahnya, ia mengusap-usap rambutnya yang masih basah. Sekelebatan lewatlah Kang Harun menyapa Kang Takur sambil menyodorkan handphone yang sudah menyala layarnya.

“Kang Takur, tolong bacakan SMS di henpon ini,” pinta Kang Harun sambil memperlihatkan layarnya.

“Ada apa kang? Ada yang aneh dengan hape sampean, ya?” jawab Kang Takur.

“Bukan. Ini di hape saya kok ada pesan masuk banyak sekali. Panjang gitu. Biasanya hanya SMS pendek. Cepat lelah kalo baca panjang gitu. Kacamata saya kesingsal (lupa menaruh di mana, Red.),” katanya.

“Ouhhh, itu mungkin pesan penting, ya?”

“Ah, mosok. Panjang pendek pesan itu tidak selalu penting. Penting itu ya tergantung selera, to?”

“Ya ya ya. Sini saya bacakan. Dengarkan baik-baik ya?”

Begini bunyi pesan buat Kang Harun yang dibacakan Kang Takur:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun