Jakarta, www.green.pkb.or.id |Indonesia punya sumberdaya alam melimpah. Potensi ini harus diimbangi dengan pengembangan Sumber daya manusia, terutama petaninya. Pengembangan tersebut terkait dengan masalah produksi keanekaragaman pertanian maupun keterampilan dan teknologinya.
Oleh karena itu dibutuhkan kemauan semua pihak, terutama pemerintah untuk meningkatkan kedua aspek tersebut sebagai bagian dari komitmen membela dan memberdayakan mereka.
Hal tersebut disampaikan Peggi Patrisia Pattipi, anggota DPR RI Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) melalui hubungan telepon, tadi pagi (7/08), di Makkah, Saudi Arabia.
Menurut Peggi, anggota Dewan dari Daerah Pemilihan Papua ini, komitmen kita untuk membela petani sangat ditunggu-tunggu secara nyata.
"Mereka butuh dibela secara nyata", tegasnya.
Tiga Langkah Nyata
Dikatakan, setidaknya bentuk pembelaan kita, terutama Pemerintah adalah melalui tiga cara: Pertama, membuat kebijakan yang secara nyata memihak ke petani.
Kedua, mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan teknologi peningkatan produk (hasil) pertanian. Dan, Ketiga, mengendalikan harga.
"Ketiga aspek ini penting agar nasib petani menjadi lebih terberdaya dan makmur", tukas aktivis Muslimat NU ini.
Lebih lanjut, Peggi berharap agar pembelaan terhadap masyarakat Petani yang mayoritas masih miskin tersebut mutlak dilakukan, agar mereka makmur di negeri sendiri.
"Bulan ini adalah bulan suci, seharusnya dapat meningkatkan komitmen kita untuk peka dan peduli kepada kaum miskin, terlebih kepada para petani kita," tegasnya.
Menyinggung kebijakan keanekaragaman hasil pertanian, Peggi sangat mengapresiasi. Hanya, perlu dilakukan sosialisasi secara terus menerus dan diterapkan secara tepat.
"Kebijakan seperti ini penting ditindaklanjuti terus menerus dan merata, sehingga kita terhindar dari krisis pangan sekaligus dapat merespon kearifan lokal," tandas Ketua DPC PKB Mimika ini.
Menurut Paggi, kebijakan ini akan berjalan baik, jika diikuti oleh adanya kebijakan terkait dengan stabilitas dan pengendalian harga.
"Tanpa kebijakan seperti ini, maka petani sama saja terombang-ambing dan miskin," pungkasnya.
|Muh. Arwani|Kholilul Rohman Ahmad|
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H