Mohon tunggu...
Kholilurrohman HI
Kholilurrohman HI Mohon Tunggu... -

more about me?

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Malam di Lawang Sewu

14 Januari 2011   23:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:35 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah anda berkunjung ke lawang sewu? Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang dulunya merupakan kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu disebut Wilhelmina Plein.

Ketika masih di Semarang, Pada saat malam minggu saya bersama dengan teman-teman lagi bengong tidak tahu mau pergi kemana. Tiba-tiba ada yang memberi ide untuk main ke lawang sewu. Tanpa banyak mikir kamipun segera pergi mengunjungi lawang sewu untuk sekedar refresing sekaligus uji nyali. Padahal ketika itu waktu menunjuk pukul setengah dua belas malam, tapi yang namanya anak muda pasti sukanya nongkrong hingga larut malam. Sesampainya di lawang sewu kami masuk ditemani oleh seorang pemandu. Dari lantai satu naik menuju lantai berikutnya sambil mendengarkan penjelasan dari pemandu kami mengenai sejarah tiap ruangan yang ada di gedung itu.

Kami lalu melanjutkan menuju ruang pembantaian, ya ruang pembantaian. Dulu ruangan tersebut digunakan oleh penjajah untuk membunuh para tawanan-tawanan dari Indonesia.

Di dalam sebuah ruangan yang dulunya dijadikan sebagai tempat pembantaian orang-orang pribumi tersebut, kami ditawari untuk beruji nyali. Hanya Beberapa teman saya yang berani mengambil tawaran itu. Lalu mereka satu persatu disuruh berjalan kira-kira 50m kedepan. Sepertinya mereka sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu karena dari raut mukanya tidak menunjukan wajah ketakutan. Tetapi mereka sepertinya menyembunyikan sesuatu dari saya. Sebenarnya saya juga merasa penasaran ingin melihat sendiri apa yang ada di depan,tapi sepertinya pada waktu itu saya kurang begitu berani karena tidah tahu kenapa tiba-tiba ruang yang gelap dan lembab itu semakin sunyi mencekam, ditambah lagi mendadak tercium wangi sebuah aroma parfum. Maka terpaksa saya mengurungkan niat saya.

Setelah itu kami diantar turun lagi oleh pemandu melalui tangga yang disebut sebagai tangga titanic . Ternyata sebutan ini dari para pengunjung yang melihat tangga ini mirip seperti yang ada dalam film titanic.

Kami kemudian berjalan menuju ruangan berikutnya yang disebut lorong kereta, unik juga menurut saya. Dinamai lorong kereta karena saat kita di depan pintu tersebut pandangan akan lurus terus berupa pintu-pintu yang membentuk sebuah lorong yang sangat panjang. Selanjutnya kami di ajak ke sebuah ruang bekas para suster untuk merawat pasien yang sakit. Disini kami kembali diberi tantangan yang sama seperti waktu di ruang pembantaian tadi. Lagi-lagi saya masih belum berani menerima tantangan itu karena tempat ini tidak kalah seram dengan yang tadi tetap saja yang berani masuk ruangan hanya orang-orang pemberani tadi. Setelah semua ruangan kami telusuri dengan bulu kuduk yang masih merinding kamipun

diantar keluar. Tetapi dalam perjalanan keluar kita diajak mampir ke sebuah lorong yang konon katanya sering muncul penampakan sesosok wanita yang menurut penjaga adalah arwah dari seorang noni-noni belanda. Disitu kami disuruh menunggu dari jarak 200m dan mematikan semua lampu senter, setelah kurang lebih 20 menit kami menunggu tiba-tiba didepan kami muncul sesuatu yang tinggi besar dengan pakaian putih dan berambut panjang menutupi mukanya berjalan mondar mandir. Kami sempat ketakutan ketika penampakan itu berjalan mendekati kami. Tapi syukurlah karena sosok itu berjalan menjauh lagi setelah sempat mendekat beberapa meter dari tempat kami. Akhirnya rasa penasaran sayapun hilang karena sudah melihat sendiri salah satu penghuni lawang sewu ini.

Demikianlah kisah nyata yang pernah saya alami ketika masih tinggal di Semarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun