Sayup-sayup kudengar suara orang sedang bercakap-cakap, kucoba membuka mata, namun kenapa terasa begitu perih. Kukumpulkan ingatanku, "apa yang telah terjadi padaku, aku dimana, ada apa denganku ini," pertanyaannitu spontan muncul dalam benakku. Perlahan kucoba mengingat kejadian yang telah kualami. "O ya, aku tadi bertiga sama mas Arya dan Adinda, ya mereka dimana,", sontak aku berusaha bangun dan berteriak, namun bibirku terasa sangat eperih dan aku tak punya daya untuk bangun.
"Tenang bu, tenang dulu, ibu ada di Rumah Sakit, ini ibu sedang kami rawat, untuk menyembuhkan luka ibu," terdengar suara perempuan separh baya, lembut dan sambil mengusap tanganku.
"Coba ibu pelan pulan, buka mata kiri, pelan pelan saja, kalau sakit jangan dipaksa," ujarnya masih dengan nada lembut.
Kucoba menuruti kata-katanya, kubuka mata kiriku perlahan-lahan, dan aku melihat sekeliling ternyata aku ada di sebuah ruang penuh peralatan kedokteran da nada seorang yang berbaju putih, yang menurutku itu dokter serta 2 perempuan yang berseragam abu abu, sepertinya perawat,
"Dokter, anakku, suamiku, dimana?" tak sabar aku mencoba bertanya meskipun ucapanku tidak begitu jelas karena muluku terasa sangat sakit.
"Sabar bu, suami dan putri ibu ada di ruangan yang lain, yang penting ibu sehat dulu, nanti baru kami antar ke ruangan mereka," sekali lagi doter menenangkan ku
Sebenarnya kau masih mau menanyakan lebih banyak lagi, tapi tetiba kepalaku sangat sakit dan aku tak ingat apa-apa lagi.
Entah sudah berapa lama aku pingan, ketika tetiba tangan yang tidak asing lagi membelai pipiki dan tangan yang lain mengenggam erat jemarriku yang terasa sangat lemah.
"Rahma, putriku, Kau dengar ibu, nduk" sayup kudengar suara yang sangat aku kenal.
Kucoba membuka mata, dan kudapati wajah ibu dan ayahku tepat di hadapanku. Â Sontak aku ingin bangkit dan ingin memeluk mereka, namun ternyata ragaku tidak kuat untuk melakukannya, seluruh sendiku terasa sakit.,
"Ibu, Ayah, mana mas Arya, mana Adinda," tak sabar kutanyakan keberadaan dan kondisi mereka.