Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dari YOLO ke YONO: Keseimbangan Hidup

9 Januari 2025   21:12 Diperbarui: 9 Januari 2025   21:12 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua filosofi ini sebenarnya tidak harus bertentangan. Sebaliknya, keduanya bisa saling melengkapi. YOLO mengajarkan keberanian untuk mengejar impian, sementara YONO mengingatkan pentingnya menjalani hidup dengan bijaksana. Menggabungkan keduanya memungkinkan seseorang untuk menikmati hidup tanpa melupakan tanggung jawab jangka panjang.

Misalnya, seorang individu dapat memutuskan untuk melakukan perjalanan impian ke luar negeri (prinsip YOLO) tetapi tetap merencanakan anggaran perjalanan dengan bijaksana dan memilih opsi perjalanan yang ramah lingkungan (prinsip YONO). Pendekatan ini memungkinkan seseorang menikmati pengalaman berharga tanpa melupakan keberlanjutan.

Perspektif Islam terhadap YOLO dan YONO

Dalam Islam, konsep YOLO memiliki keterbatasan karena bertentangan dengan pandangan bahwa kehidupan dunia hanyalah sementara dan menjadi ujian menuju kehidupan abadi di akhirat. Tindakan manusia di dunia memiliki konsekuensi di akhirat, sehingga setiap keputusan harus diambil dengan penuh tanggung jawab.

Meski begitu, semangat YOLO untuk menjalani hidup dengan penuh keberanian dapat diselaraskan dengan ajaran Islam jika dilakukan dalam batas syariat dan niat yang baik. Misalnya, keberanian mengambil risiko untuk berdakwah atau membantu orang lain adalah bentuk implementasi YOLO yang sesuai nilai Islam.

Sebaliknya, prinsip YONO lebih dekat dengan ajaran Islam yang menekankan kesederhanaan, pengendalian diri, dan penghargaan terhadap nikmat Allah. Islam mengajarkan untuk tidak berlebihan, hidup dengan rasa syukur, dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan dunia dan akhirat.

Pilihan antara YOLO dan YONO sangat bergantung pada preferensi individu dan situasi hidup. Bagi mereka yang ingin mengejar impian dan merasakan kebebasan, YOLO dapat menjadi filosofi yang memotivasi. Sementara itu, bagi mereka yang mengutamakan keberlanjutan dan kedamaian, YONO menawarkan panduan yang relevan.

Namun, dalam kehidupan yang ideal, perpaduan antara keduanya menjadi solusi terbaik. Kita dapat menikmati momen-momen penuh makna sambil tetap menjaga tanggung jawab terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Pada akhirnya, yang paling penting adalah menjalani hidup dengan kesadaran dan makna, menciptakan keseimbangan antara mengejar kebahagiaan dan menjaga keberlanjutan. Seperti perjalanan menuju puncak gunung, kita tidak hanya perlu keberanian untuk mendaki (YOLO), tetapi juga kebijaksanaan untuk menjaga langkah (YONO).***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun