Perbedaan pandangan yang terjadi ini tentu tidak terlepas dari perbedaan cara pandang terhadap frasa "libur sekolah bulan Ramadan". Pihak yang mendukung melihatnya sebagai kesempatan untuk beristirahat total, sedangkan pihak yang menentang menganggapnya sebagai waktu yang tetap perlu diisi dengan kegiatan yang berorientasi pada pendidikan. Oleh karena itu, pemahaman yang tepat terhadap medan semantik kata "libur" sangat penting dalam membahas wacana ini, agar tercapai pemahaman yang jelas dan tidak menimbulkan kebingungan di masyarakat.
Melihat dinamika ini, sebaiknya penggunaan kata "libur" dalam konteks "liburan sekolah selama Ramadan" dihindari, karena terbukti menyebabkan kebingungnan. Istilah ini sering disalahpahami dan menciptakan interpretasi yang berbeda di kalangan masyarakat.
Sebagai alternatif, lebih baik menggunakan istilah yang lebih tepat, seperti "penyesuaian kegiatan belajar-mengajar selama Ramadan". Istilah ini lebih mencerminkan perubahan jadwal atau metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa pada bulan Ramadan tanpa menimbulkan ketidakpastian atau perdebatan. Penyesuaian ini mencerminkan fleksibilitas dalam proses belajar yang tetap memperhatikan nilai-nilai keagamaan, namun tetap menjaga kelangsungan pendidikan yang efektif.
Dengan menggunakan istilah yang lebih tepat, diharapkan tidak ada lagi kebingungan atau perbedaan interpretasi di kalangan masyarakat. Hal ini akan memudahkan pencapaian tujuan untuk memberikan pendidikan yang berkualitas selama bulan Ramadan, tanpa mengabaikan aspek ibadah yang penting bagi siswa. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H