Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Fenomena "Brainrot" dalam Perspektif Psikolinguistik

29 Desember 2024   19:22 Diperbarui: 31 Desember 2024   10:05 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://strategimanajemen.net/2022/12/26/brain-fatigue-kelelahan-mental-pikiran-yang-bikin-hidup-anda-termehek-mehek/

Untuk menghindari terjadinya brainrot, diperlukan pendekatan yang sadar untuk mengurangi paparan informasi berlebihan dan memulihkan keseimbangan kognitif. Salah satu strategi yang efektif adalah digital detox, yaitu mengurangi waktu layar dan mengambil jeda dari media sosial. Langkah tersebut akan memberikan otak kesempatan untuk beristirahat dari aliran informasi yang konstan. Aktivitas seperti membaca buku, berjalan di alam, atau meluangkan waktu tanpa perangkat elektronik dapat membantu memulihkan perhatian yang terkuras akibat paparan digital. Dengan demikian, individu dapat kembali memfokuskan energi mental pada hal-hal yang lebih bermakna.

Strategi lain yang dapat diterapkan adalah mindfulness, seperti meditasi dan pernapasan dalam. Teknik ini membantu menenangkan pikiran, mengurangi kecemasan, dan menciptakan ruang mental yang lebih sehat untuk memproses informasi. Saat melatih mindfulness, individu belajar mengamati pikiran tanpa terjebak dalam gangguan yang disebabkan oleh tekanan informasi. Hal tersebut akan  meningkatkan kemampuan mereka untuk memproses informasi secara lebih produktif dan terfokus.

Berikutnya lakukan Interaksi sosial yang bermakna. Kegiatan ini  juga akan menjadi langkah penting dalam mengurangi dampak brainrot. Dengan melibatkan diri dalam percakapan langsung dan aktivitas bersama teman atau keluarga, individu dapat memperkuat hubungan emosional dan mengurangi ketergantungan pada perangkat digital.  Aktivitas sosial ini memberikan pengalaman nyata yang menggantikan kebutuhan untuk mencari validasi atau hiburan melalui media sosial.

Selain itu, manajemen informasi menjadi strategi penting untuk menghindari tekanan otak akibat informasi yang berlebihan. Memilih sumber informasi secara selektif dan menghindari konsumsi konten yang tidak relevan membantu mengurangi beban kognitif pada otak. Dengan memprioritaskan konten berkualitas, individu dapat membuat otak bekerja lebih efisien dan menghindarkan diri dari rasa kewalahan.

Brainrot adalah tantangan signifikan di era digital, tetapi dengan langkah-langkah seperti digital detox, mindfulness, interaksi sosial yang bermakna, dan manajemen informasi, dampaknya dapat dikurangi. Strategi ini tidak hanya membantu mengatasi brainrot tetapi juga meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Di tengah aliran informasi tanpa henti, pendekatan ini menjadi kunci untuk menjaga keseimbangan kognitif dan menciptakan kehidupan yang lebih memuaskan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun