PengantarÂ
Dalam rangka memperingati Hari Pantun Nasional (Hartunas), peran para pemimpin negeri dalam melestarikan pantun sebagai budaya tak benda yang telah diakui UNESCO sangatlah penting. Pantun bukan hanya warisan seni, tetapi juga cerminan kecendekiaan dan nilai luhur bangsa. Keteladanan pemimpin dalam berpantun dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk mencintai dan menjaga warisan budaya ini. Dengan menjadikan pantun sebagai bagian dari komunikasi, para pemimpin tidak hanya memperkuat identitas budaya nasional, tetapi juga menunjukkan bahwa seni berbahasa yang santun dan bermakna tetap relevan di era modern.
Burung camar terbang ke tepi,
Air tenang memantul mentari.
Dari dahulu hingga kiwari,
Seni berpantun sarat makna dan arti.
Tampak sampan di tepi kali,
Melintas tenang di pagi hari.
Dari dulu hingga kini lestari,
Pantun penuh makna selalu di hati.
Bunga kenanga jatuh di halaman,
Tercium harum di pagi ceria.
Seni berpantun menunjukkan kecendekiaan,
Berpikir dan berbahasa penggunanya.
Pohon kelapa tumbuh di Pantai Raya,
Daunnya rindang meneduhkan jiwa.
Pantun warisan budaya yang kaya,
Milik bangsa, jangan sampai sirna.
Burung elang terbang di awan,
Hinggap sebentar di puncak Jaya.
Pantun seni yang penuh keindahan,
Telah diakui oleh UNESCO dan dunia.
Burung merpati terbang ke sawah,
Hinggap sebentar di dahan mangga.
Pantun warisan budaya bangsa,
Dunia pun turut mengakuinya.
Di tepian sungai bunga teratai,
Hilir mengalir airnya perlahan.
Jika para pemimpin suka mencaci-maki,
Tanda hilangnya budaya keadaban.
Burung tempua terbang berdekat,
Hinggap sejenak di rimbunan belukar.
Setiap saat rakyat melihat,
Para pemimpin negeri sibuk bertengkar.