Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menakar Efek Desakan Moral-Etik dari Kampus

4 Februari 2024   11:03 Diperbarui: 5 Februari 2024   16:45 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketiga, perguruan tinggi adalah lembaga intelektual yang berperan penting dalam pembentukan generasi penerus dan pemikiran kritis. 

Mengabaikan seruan moral-etik dapat menciptakan ketegangan antara pemerintah dan dunia pendidikan, mengancam keharmonisan dan kerjasama yang seharusnya eksis.

Keempat, mengindahkan seruan moral-etik dapat menciptakan ketidakpuasan di kalangan masyarakat, yang pada gilirannya dapat meningkatkan potensi konflik sosial. 

Pemahaman dan tanggapan yang bijak terhadap aspirasi masyarakat dapat menjadi langkah preventif untuk menjaga stabilitas sosial.

Dampak jika seruan moral-etik ini diabaikan dapat melibatkan situasi berikut. Pertama, terjadi peningkatan ketegangan sosial, antara lain dapat menciptakan ketegangan sosial dan memperdalam perpecahan di masyarakat, khususnya di tengah gejolak politik menjelang Pemilu.

Kedua, dapat merusak kepercayaan publik terhadap kepemimpinan, menimbulkan kesan bahwa pemerintah tidak mendengarkan suara masyarakat terdidik. 

Ketiga, jika aspirasi masyarakat kampus diabaikan, potensi untuk mobilisasi massa, termasuk gerakan "people power," dapat meningkat, membawa dampak serius terhadap stabilitas politik dan sosial.

Sebagai pemimpin negara, Jokowi memiliki tanggung jawab untuk mendengar dan merespons seruan moral-etik dari kalangan sivitas akademika dengan cara yang bijak dan konstruktif. 

Keterlibatan dan kerjasama dengan dunia kampus dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat fondasi moral dan etika dalam pemerintahan, menjaga kestabilan, dan memastikan kelangsungan demokrasi di Indonesia.

Dengan demikian pula, jika Jokowi tidak merespons seruan moral-etik dari kampus, maka bukan hanya akan menjadi masalah politik sehari-hari, tetapi juga melibatkan pertimbangan serius terhadap keberlanjutan demokrasi, stabilitas sosial, dan integritas moral pemerintahan. 

Jokowi, sebagai pemimpin negara, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa suara sivitas akademika dihargai dan diperlakukan sebagai kontribusi berharga untuk masa depan yang lebih baik bagi Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun