Pentingnya transparansi dan kredibilitas dalam berbicara di tingkat nasional tidak dapat diabaikan. Dalam situasi seperti ini, publik dapat merasa kecewa jika pemimpin mereka tidak memberikan jawaban yang memadai atau terlalu mengandalkan retorika kosong. Sebagai pemimpin, tanggung jawab untuk memberikan penjelasan konkret dan transparan adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan dukungan dari masyarakat.
Dengan demikian, dalam perdebatan politik, penting bagi pemimpin untuk menghindari penggunaan istilah yang sekadar bersifat merendahkan tanpa didukung oleh data dan fakta yang solid. Hal ini akan membantu menciptakan ruang diskusi yang lebih berkualitas dan mendukung perkembangan politik yang positif. Kontroversi 'omon-omon' dalam Debat Ketiga Pilpres 2024 menjadi cerminan dinamika politik Indonesia yang terus berkembang.
Jadi jika dikembalikan kepada judul artikel ini, siapakah yang layak dijuluki 'omon-omon'? Pembaca sudah mengetahui jawabannya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H