Mohon tunggu...
Kholid Harras
Kholid Harras Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Pemerhati pendidikan, politik, dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Siapa yang Lebih Layak Dijuluki 'Omon-Omon'?

8 Januari 2024   15:29 Diperbarui: 9 Januari 2024   00:12 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debat Pilpres 2024 yang berlangsung pada malam Ahad (7/1/2024) di Istora Senayan, Jakarta, menyajikan momen kontroversial yang menciptakan gelombang viral di media sosial. Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, memperkenalkan istilah baru, 'omon-omon', sebagai respons terhadap serangan dari Capres nomor urut 1, Anies Baswedan, dan Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo. Ungkapan ini menciptakan perbincangan seru dan menjadi trending topic di jagat maya. Selain juga lahirnya  julukan baru kepada Prabowo oleh warganet: 'El Gemoy Omon'.

Meskipun terkesan sebagai ungkapan jenaka, pertanyaan pun muncul di benak warganet, apa sebenarnya makna dari kata 'omon-omon' yang diucapkan Prabowo? Sudah barang tentu istilah 'omon-omon' tidak dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karena  'omon-omon' sebenarnya merupakan plesetan dari kata 'omong-omong'. Secara  semantik 'omong kosong' sering diartikan sebagai atau bicara tanpa data yang kuat.

Dalam konteks debat ketiga tersebut, 'omon-omon' tampaknya menjadi sindiran Prabowo, baik terhadap Anies maupun Ganjar. Keduanya dinilai hanya mampu bicara tanpa dasar yang kuat. Saat mengawali narasinya, Anies Baswedan memang terlihat mengkritik habis-habisan. Anies Baswedan menilai gagasan Prabowo tentang kerja sama selatan-selatan sebagai tidak solutif dan hanya fokus pada persoalan internal Indonesia. Menurut Anies, Indonesia memiliki potensi menjadi panglima diplomasi di dunia internasional melalui inisiasi kerja sama selatan-selatan.

Mendapat serangan telak tampaknya Prabowo terpancing emosinya. Sebagai responnya, Prabowo pun mengatakan bahwa yang dikatakan Anies itu sebagai  'omon-omon' hingga berulang-ulang. Capres nomor satu ini di mata Prabowo hanya berbicara tanpa dasar yang kuat adalah tindakan yang kurang bijaksana, terutama dalam melihat  kerja sama selatan-selatan.

Dia menilai Anies terlalu banyak 'omon-omon' atau bicara tanpa dasar fakta di lapangan. Prabowo berpendapat bahwa urusan ini tidak bisa hanya diselesaikan secara teoritis dan membutuhkan pendekatan yang lebih konkret. Prabowo bukan hanya menyebut Anies 'omon-omon', bahkan mengatakan kritik-kritik yang disampaikan oleh Anies kepada dirinya dianggap hal yang tidak pantas diucapkan oleh Anies yang telah menyandang sebagai seorang profesor.

Hanya membutuhkan hitungan jam pasca debat istilah 'omon-omon'  Prabowo ini pun segera menjadi pusat perhatian dan menjadi bahan perbincangan di berbagai platform media sosial, terutama Twitter, dan menduduki trending topic nomor 3 di jagat maya.

Istilah 'omon-omon' yang dapat dimaknai juga sebagai 'omdo' atau 'omong doang'  ini mencapai puncaknya ketika Ganjar Pranowo menyodorkan data tapi dianggap omon-omon oleh Prabowo. Menurut Ganjar, capaian Minimum Essential Force (MEF) Indonesia berada di bawah target yang seharusnya. Ganjar pun mengajak Prabowo untuk memaparkan data yang dimilikinya sebagai bantahan.  Bahkan Ganjar mengizinkan sekiranya akan dibantu oleh staf tim kampanyenya. Ganjar meminta jawaban mengapa terjadi penurunan dan apa solusinya capaian MEF kita hanya 65,49 persen dari target 79 persen.

Sayangnya kembali Prabowo tidak  menjawab pertanyaan Ganjar tersebut. Alih-alih Prabowo  menyampaikan apologia  dengan menyatakan bahwa ia telah membuat rencana, namun, ada kendala yang tidak dapat diatasi, terutama terkait kondisi COVID-19. Ia juga menjelaskan tentang pesawat bekas dan batas usia pesawat yang menjadi faktor penting dalam rencananya. Padahal perkara tersebut tidak ditanyakan oleh Ganjar. Oleh karena itu tanggapan Ganjar kemudian menilai bahwa Prabowo tidak memberikan jawaban yang memadai terhadap pertanyaannya.

Menurutnya, Prabowo tidak mampu membantah datanya yang dinilai salah oleh Prabowo tersebut. Debat berlanjut, dan Prabowo bersikukuh menyebut bahwa ia bisa membantah data yang diberikan, tetapi waktu yang terbatas dalam debat menjadi kendala. Ganjar pun memotong pernyataan Prabowo, meminta data Prabowo ditampilkan pada malam itu juga dan membahasnya jika memang ada. Prabowo kembali berapologia dengan menyatakan bahwa tidak adil jika data dan pembahasan yang kompleks diminta dijelaskan secara rinci dalam debat yang dibatasi oleh waktu. Oleh karenanya tidak bisa dibahas dengan cara 'omon-omon'.

Penggunaan 'omon-omon' oleh Prabowo sebagai respons terhadap kritik Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo tidak bisa disangkal menunjukkan ketidakpuasan dan kegerahan dirinya terhadap serangan yang dialamatkan oleh kedua capres seterunya. Meskipun dianggap sebagai ungkapan kocak, penting untuk diingat bahwa dalam ranah politik, adanya data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan sangat penting untuk mendukung pernyataan dan bantahan.

Ketika seorang pemimpin menggunakan istilah yang bersifat merendahkan tanpa didukung oleh argumen yang kuat, hal tersebut dapat mengurangi kredibilitasnya di mata masyarakat. Publik membutuhkan pemimpin yang mampu memberikan penjelasan komprehensif, berdasarkan fakta dan data yang dapat diverifikasi, untuk memahami pandangannya terhadap suatu isu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun