politik Indonesia semakin dipenuhi wajah-wajah yang kita kenal dari layar kaca, panggung hiburan, atau media sosial. Tercatat saat ini sejumlah pesohor atau selebritas menjadi bintang utama dalam panggung politik. Mereka  diusung oleh berbagai partai politik sebagai calon anggota legislatif (caleg) dalam upaya meraih dukungan masyarakat pada Pemilu Legislatif 2024.
DuniaMemang susah disangkal bahwa  strategi "instan" sejumlah Parpol tersebut, berharap dari  kehadiran artis dan tokoh terkenal akan membawa sejumput keajaiban elektoral. Daya tarik elektoral yang tinggi, pengaruh media yang meluas, citra positif yang dimiliki beberapa artis, serta jaringan dan dukungan yang dibawa dari dunia hiburan diharapkan menjadi kunci untuk membuka pintu menuju kursi legislatif.
Partai Amanat Nasional (PAN), dengan julukan "Partai Artis Nasional," menjadi contoh utama dari tren ini. Selebritas seperti Uya Kuya, Opie Kumis, dan Elly Sugigi turut meramaikan panggung politik, menjadi wajah-wajah yang mungkin kita sering lihat di acara hiburan. Pertanyaannya, apakah kehadiran mereka yang nota bene diduga tidak memiliki kemampuan literasi politik yang memadai di panggung politik hanya sebuah pertunjukan, Â atau adakah harapan yang lebih dalam?
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), sebagai pemimpin koalisi pemerintah, juga tidak ketinggalan dalam tren ini. Rieke Diah Pitaloka, Rano Karno, Krisdayanti, dan Marcell Siahaan, bersanding dengan politisi berpengalaman. PDI-P tercatat sebagai partai dengan jumlah artis yang berhasil masuk ke Senayan tertinggi pada Pileg periode sebelumnya (2019-2024). Pertanyaan yang muncul, adakah harapan yang berbeda dari politisi pesohor dibandingkan dengan politisi yang lebih tradisional?
Sejumlah partai, seperti Gerindra, Nasdem, PKB, dan Perindo, turut mengikuti jejak ini dengan mengusung sejumlah selebritas, termasuk yang tengah viral di media sosial. Pertanyaannya, apa yang diharapkan masyarakat dari politisi pesohor ini ketika mereka duduk di kursi legislatif?
Sudah barang tentu, masyarakat memiliki hak untuk menaruh harapan dan memberikan mandat kepada para wakilnya. Namun, apa yang sebaiknya diharapkan dari politisi pesohor ini? Apakah hanya popularitas dan ketenaran, ataukah ada harapan lebih dalam?
Dalam mengukur kinerja dan dedikasi politisi pesohor, masyarakat sesungguhnya dapat merujuk pada sejumlah parameter. Antara lain, kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan legislatif, keterlibatan aktif di daerah pemilih, pemahaman terhadap isu-isu lokal, transparansi dan akuntabilitas, serta dampak positif di masyarakat menjadi pertimbangan penting. Meski popularitas dapat membuka pintu, dedikasi dan keberlanjutan komitmen dalam menjalankan tugas politiknya menjadi penentu sejati.
Dengan harapan bahwa politisi pesohor tidak hanya sekadar menyumbangkan popularitasnya, masyarakat perlu melihat bagaimana mereka memberikan kontribusi nyata bagi kepentingan rakyat. Sebagai pemilih yang cerdas, kita dapat mengharapkan bahwa pesohor yang memasuki dunia politik benar-benar mewakili suara dan aspirasi rakyat. Politisi pesohor dapat menjadi suara yang lebih keras untuk isu-isu yang mungkin terabaikan.
Berharap dari politisi pesohor bukan hanya tentang pertunjukan di panggung politik, melainkan harapan akan representasi yang kuat, solusi yang inovatif, dan komitmen yang bertahan. Masyarakat perlu terus mengawasi dan menilai kinerja para politisi, termasuk yang berasal dari dunia hiburan, agar harapan-harapan itu tidak sekadar menjadi ilusi.
Sebagai wakil rakyat, siapapun yang terpilih dalam suatu jabatan legislatif sesungguhnya telah membawa beban tanggung jawab besar, dan menjalankan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya merupakan sebuah amanah.Â
Melaksanakan amanah tersebut dengan baik dan jujur merupakan kontribusi yang signifikan dalam pembangunan negara dan kesejahteraan rakyat.Â