Metafora merupakan gaya bahasa yang menggunakan perbandingan atau kiasan untuk menyamakan dua hal yang sebenarnya tidak memiliki kesamaan secara literal. Dengan kata lain, metafora menggambarkan suatu konsep atau objek dengan kata-kata yang sebenarnya tidak terkait dengan konsep atau objek tersebut. Metafora digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih hidup, ekspresif, atau imajinatif dalam konteks berbicara atau menulis. Contoh, metafora 'raja siang' untuk menyebut kehebatan matahari yang mampu menerangi bumi.
Fungsi penggunaan metafora antara lain untuk memberikan gambaran atau pemahaman yang lebih dalam atau intensif terhadap suatu konsep atau objek, membantu pendengar atau pembaca untuk merasakan atau memahami dengan lebih baik. Metafora dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau emosi dengan lebih efektif daripada bahasa yang lugas dan deskriptif. Kemudian metafora juga digunakan untuk  memberikan elemen kreatif dalam penggunaan Bahasa, sehingga komunikasi akan  lebih menarik, puitis, atau mengundang perhatian.
Saat ini metafora "belimbing sayur" ramai menjadi perbincangan warganet. Metafora tersebut ditujukan kepada calon wakil presiden (cawapres) Gibran Rakabuming Raka, yang juga putra sulung Presiden Joko Widodo. Alasan penisbatanya,  karena  Gibran dinilai selalu menghindar manakala digelar sejumlah acara debat atau adu gagasan. Alibinya ia sudah memiliki jadwal acara sendiri. Hingga pekan kedua masa kampanye, Gibran tercatat sudah tiga kali mangkir dari acara debat yang diselenggarakan sejumlah kalangan.
Belimbing sayur merupakan nama lain dari "belimbing wuluh". Ia merupakan salah satu jenis buah dalam genus Averrhoa. Belimbing wuluh tumbuh hingga pada  ketinggian 500 meter di atas permukaan laut dan di tempat yang cukup lembab tetapi banyak terkena sinar matahari langsung.  Rasanya sangat kecut atau asem sekali. Bagi mereka yang pernah merasakannya, dengan hanya melihat wujudnya saja mungkin secara imajinatif akan bisa merasakan kekecutanya yang cukup ekstrim itu.  Buahnya sering digunakan sebagai bumbu masakan, terutama di masakan asam atau pedas,  atau untuk membuat minuman segar atau sari buah.
"Gue kate juga ape, enggak bakalan dateng tu Belimbing Sayur. Belimbing Sayur, asem, kecut, gampang rontok,". Demikian komentar seorang warganet dari sebuah cuplikan video yang viral ketika untuk kesekian kalinya Cawapres Prabowo Subianto ini kembali ngeles dari acara perdebatan yang telah dijadwalkan.
Tentu boleh dan sah-sah saja  warganet menggunakan metafora 'belimbing sayur" untuk mendeskripsikan prilaku seseorang yang  'takut' berdebat seperti Gibran tersebut. Namun jika deskripsinya seperti itu mungkin akan lebih tepat jika menggunakan metafora "ayam sayur". Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), "ayam sayur" adalah ayam yang biasa dipiara secara dilepaskan. Arti lainnya dari ayam sayur adalah lemah tidak berdaya.
Secara konvensi metafora  "ayam sayur" dalam bahasa Indonesia memiliki makna khusus untuk menyebut seseorang yang terlihat lemah atau tidak berdaya dalam suatu situasi. Metafora ini digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tampak sekali mudah dikalahkan atau diatasi oleh para seterunya.
Misalnya dalam konteks pertandingan olahraga ada kalimat "Tim kita akan melawan tim yang sangat kuat. Mereka bukan lawan yang bisa dianggap remeh, jadi jangan lihat mereka seperti "ayam sayur". Pada kalimat tersebut metafora  "ayam sayur" digunakan untuk merujuk lawan yang terlihat lemah atau tidak begitu tangguh, meskipun sebenarnya mereka mungkin memiliki kekuatan atau keunggulan tersendiri.
Dalam konteks pekerjaan atau bisnis ada kalimat, "Meskipun perusahaan baru ini terlihat seperti "ayam sayur" di pasar yang kompetitif, mereka sebenarnya memiliki strategi yang cerdas untuk bertahan". Pada kalimat tersebut metafora  "ayam sayur" digunakan untuk merujuk kepada perusahaan atau bisnis yang terlihat tidak kuat atau tidak berdaya, tetapi sebenarnya memiliki rencana atau strategi yang dapat membuat mereka berhasil.
Antonim dari metafora "ayam sayur" adalah "ayam jago". Dalam bahasa Indonesia metafora tersebut  digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki keberanian, kemampuan, atau keahlian yang luar biasa, terutama dalam konteks pertarungan atau persaingan. Kalimat, "Ketika situasi sulit muncul, dia selalu menjadi "ayam jago" yang memimpin tim dengan tegas dan berani". Metafora  "ayam jago" digunakan untuk merujuk kepada seseorang yang memiliki keberanian dan kepemimpinan yang kuat, khususnya dalam menghadapi tantangan atau kesulitan.Â
Dengan menggunakan julukan  metafora "ayam sayur" atas sikap lemah Gibran Rakabuming dalam menghadapi perdebatan Pilres harapanya masyarakat akan menyadari dan mengetahui siapa yang nantinya layak dijuluki metafora "ayam Jago".  Juga pasangan mana yang layak dijuluki metafora "ayam den lape" yang berasal dari Bahasa Aceh, yang terjemahannya secara harfiah ke dalam Bahasa Indonesia adalah "ayam dan lalap."
Dalam budaya Aceh konon metafora "ayam den lape" sering digunakan sebagai sebuah ekspresi untuk menyampaikan ide bahwa sesuatu yang seharusnya bersatu atau bersama-sama, malah terpisah atau berjalan tidak seirama. Artinya metafora ini merujuk pada hubungan antarindividu, kelompok, atau bahkan konsep yang tidak saling bersinergi dan harmonis. Â
Dalam konteks Pilpres 2024, siapakah pasangan Capres-Cawapres yang layak dilabeli metafora "ayam jago" dan pasangan  "ayam den lape"?  Silakan pembaca menilainya sendiri.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H