Celaan dan hinaan tidak pernah benar-benar bisa melukai objeknya, kecuali memang diizinkan oleh objek itu sendiri. Epictetus dalam Enchiridion mengatakan, "Kamu tidak bisa dihina orang lain, kecuali kamu sendiri yang pertama-tama menghina dirimu sendiri." Â
Jika ada orang yang dengan sengaja memprovokasi kita atau menghina kita dan kita merasa terhina untuk kemudian balas dendam, sama saja kita tidak berbeda dengan pelaku.Â
Sesungguhnya, jika kita menerima hinaan dan terprovokasi, kita telah dikuasai oleh kemarahan dan kebencian, tidak ada sama sekali unsur balas dendam di dalam kemarahan.Â
Marcus Aurelius dalam Meditations mengatakan, "Keramahan diciptakan untuk melawan ketidakramahan." Melawan amarah dengan keramahan memang suatau hal yang sangat sulit, bahkan mustahil.Â
Namun, kita harus mengingat bahwa api akan padam dengan air, bukan dengan api lagi. Begitu juga dengan ketidakramahan atau amarah hanya bisa diperangi dengan keramahan, hati yang dingin, atau kebaikan.
Kita bisa saja mencurahkan energi kita untuk menghadapi orang-orang yang menganggu kita atau orang-orang yang menyebalkan.Â
Menghabiskan waktu berjam-jam untuk memikirkan cara balas dendam, menghabiskan waktu untuk mengomel atau berkeluh kesah hanya karena sikap orang lain yang kita anggap tidak enak.Â
Sesungguhnya menghabiskan waktu untuk hal-hal yang di luar kendali adalah sebuah pemborosan dan kesia-siaan.Â
Menghabiskan waktu untuk memikirkan yang ada di luar kendali tidak akan mengubah keadaan, lebih baik kita fokus dengan hal yang memang ada di dalam kendali kita, yaitu persepsi kita, pemikiran kita, dan sikap kita untuk tidak menyikapi orang-orang yang memang tidak ada gunanya untuk kita pikirkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H