Gunung Merapi yang melalui dua provinsi, yaitu DIY dan Jawa Tengah serta empat kabupaten, Sleman, Boyolali, Klaten, dan Magelang sungguhlah gagah dengan sejuta pesonanya. Gunung Merapi menjadi suatu hal yang disakralkan bagi warga sekitarnya, khususnya Jogja. Tidak sedikit ritual keagamaan yang dilakukan di Gunung Merapi. Merapi dianggap sebagai berkah sendiri bagi sebagian orang.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Merapi juga memiliki potensi kebencanaan yang tinggi karena tempo erupsinya tiap dua sampai lima tahun sekali. Sejak tahun 1548, Gunung ini sudah meletus 68 kali.
Paskaletusan 2010, Merapi menyandang status "siaga" dan kembali menunjukkan aktivitas vulkaniknya sejak 11 Mei 2018. Merapi pun tercatat beberapa kali mengeluarkan gemuruh yang disertai asap tinggi. Sampai-sampai, hujan abu vulkanik menghujani Magelang, bahkan sampai Kebumen.
Aktivitas Gunung Merapi yang kian mengkhawatirkan dan dapat membahayakan warga, Merapi pun menyandang status "waspada" sejak November tahun lalu. Warga-warga lereng Merapi dengan radius 3 kilometer sudah diungsikan di berbagai tempat sejak bulan November. Para relawan, ahli klimatologi-geofisika, dan intansi terkait sudah siap sedia dengan kejadian-kejadian tak terduga dari Merapi.
Dilansir dari VOA, Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi meminta masyarakat untuk tetap siaga dengan kejadian-kejadian tak terduga. Ia mengatakan bahwa saat ini Merapi sudah erupsi, tetapi masih titik api diam atau yang disebut lava pijar. Jika aktivitas Merapi terus-menerus lava pijar saja, potensi bahanya tak akan seperti 2010 lalu. Ia menambahkan, BPPTKG belum akan mengubah status Merapi ke tingkat paling atas, yaitu "awas."
Akhir-akhir ini pun aktivitas vulkanik Gunung Merapi makin meningkat. Sudah tidak terhitung berapa kali Merapi mengeluarkan runtuhan batuan lava. Guguran lava dan awan panas Gunung Merapi diperkirakan berdampak ke arah selatan-barat daya Merapi, yaitu Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
Namun, guguran lava pijar yang sebenarnya menyeramkan dianggap sebagai sebuah objek foto bagi beberapa fotografer. Bahkan, menjadi tren di Instagram. Berbagai spot dengan keunikan dan lanskapnya masing-masing berjibun dan tidak sedikit fotografer yang mengambil momen tersebut.
Grojogan Watu Purbo, Tempel, Sleman menjadi salah satu spot menarik untuk memotret lava pijar. Anda akan disuguhkan lanskap dam/air terjun dan di belakangnya berdiri gagah Gunung Merapi. Jernihnya air yang turun dari dam dibarengi dengan latar belakag Gunung Merpi yang sedang mengelarkan lava pijar berwarna kemerahan menjadi sebuah keunikan sendiri.
Bukit Turgo pun demikian. Dengan jarak yang lebih dekat dan bisa menghasilkan gambar yang lebih dekat menjadi suatu hal yang berbeda saat memotret Merapi dari Bukit Turgo. Namun, perlu "keberanian" untuk mengambil gambar dari Bukit Turgo karena jaraknya yang memang sangat dekat dengan Gunung Merapi, kurang lebih hanya 3 kilometer.
Bagi yang ingin memotret Merapi, tetapi juga ingin mendapatkan refleksi dari air Embung Kaliaji, Donokerto, Turi, Sleman bisa menjadi pilihan. Embung/waduk yang terpampang luas, dengan air yang tenang, dan latar Merapi sungguh menjadi pemandangan yang epik.
Anda wajib membawa tripod, lensa tele dengan zoom/focal leght minimal 100mm untuk mengabadikan momen lava pijar. Setting kamera ke mode manual, shutterspeed 30", atur f menjadi paling kecil angkanya, dan sesuaikan iso dengan kebutuhan. Memang sangat kesulitan di awal untuk menentukan posisi yang pas, disebabkan gelapnya malam dan minimnya cahaya, kita dituntut untuk "mengira-ira" bidikan sudah pas atau belum.
Perlu kejelian dan kesabarn dalam memotret di malam hari yang minim, bahkan tanpa cahaya. Mulai dari menata set-up kamera yang ditopang tripod, mengecek pencahayaan sudah dirasa "pas" atau belum, kemudian yang terkahir dan memerlukan kesabaran tingkat tinggi adalah mengecek fokus. Setelah semua dirasa selesai, coba satu atu dua kali ambil gambar terlebih dahulu dan jika masih dirasa kurang, ulang dan ulang terus sampai mendapatkan set-up yang dirasa pas. Setelah semua selesai, tinggal menunggu momen lava pijar turun dan akan mendapatkan hasil yang sangat epik.
Selain peralatan kamera yang telah disebutkan di atas, Anda juga memerlukan perbekalan sebagai penunjang aktivitas saat memoret lava pijar. Menunggu lava keluar di dinginnya malam, tentu akan lebih nikmat jika ditemani secangkir kopi hangat dan satu atau dua makanan ringan.
Anda pun juga perlu membawa jaket tebal, jaket dengan isi polar kalau punya, penutup telinga/kupluk, senter kepala, dan bersepatu dengan kaos kaki. Semua itu perlu dibawa saat Anda memotret karena kebutuhan diri, kesehatan, dan kenyamanan harus menjadi prioritas mengalahkan apa pun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H