Mohon tunggu...
Khoiru Roja Insani
Khoiru Roja Insani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berusaha produktif dalam keterbatasan

Pemuda asal Yogyakarta yang gemar ke sana-ke mari. Ajak saja pergi, pasti langsung tancap gas! Senang berdiskusi mengenai berbagai hal, senang bepergian, dan senang mengabadikan momen melalui kamera untuk diunggah di akun instagram. Ajak saja nongkrong atau bermain, pasti bisa mengenal lebih dekat lagi!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dalam Kenangan Kawan, Artidjo Alkostar si Pemberani

2 Maret 2021   15:21 Diperbarui: 2 Maret 2021   15:50 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberanian Artidjo yang bisa dibilang "nekat" pun menyebabkan ia tidak disukai oleh semua instansi hukum maupun lembaga-lembaga lain, buntut dari tidak disukainya Artidjo pun berbuah pada selalu kalahnya klien yang diwakili oleh Artidjo.

Di saat Artidjo menjadi direktur LBH Jogja, ia gencar mengecam tindak amoral yang menginjak-injak tatanan hukum, yaitu tindakan penembakan preman-preman atau dikenal petrus. Beberapa preman berhasil ia lindungi dan ia selamatkan, bahkan tindakan seperti itu hampir semua rekan satu profesinya tak terbayangkan untuk mereka lakukan. Artidjo tidak pernah menunjukkan sikap sebagai pengacara yang paling berani, tetapi siapa pun yang mengenalnya pasti tahu, ia adalah orang yang mampu mengatasi rasa takutnya.

Dalam tulisan Hamid Basyaib, Artidjo menunjukkan sikap seperti itu bukan untuk menunjukkan keberaniannya, tetapi ekspresi keyakinan bahwa putusan apapun yang ia buat berdasar kebenaran hukuum yang kuat. Jika untuk itu ia harus menanggung harganya, ia tidak segan untuk membayarnya, dalam bentuk apa pun.

Hamid Basyaib juga menuliskan, dunia boleh berubah tiap minggu, tiap tahun, tiap dekade, tetapi Artidjo tetaplah Artidjo. Dalam posisi apa pun, di mana pun, ia tetaplah sebuah monumen kejujuran dan cerminan sikap pantang menyerah. Ia tak pernah mengeluhkan situasi sebab ia tahu betul, betapa parah dunia hukum kita sampai-sampai menggoda banyak orang untuk putus asa. Namun, bagi Artidjo berputus asa adalah puncak kesia-siaan sikap. Selalu berupaya untuk memperbaiki dengan sekecil apa pun daya yang dimiliki. "Yang perlu kamu lakukan hanya berusaha sebaik-baiknya," ucap Artidjo selalu pada mahasiswanya. "Jangan pikirkan hasilnya, itu bukan urusan kita. Fokus saja pada ikhtiarnya."

Menurut Hamid, Artidjo lebih dari pantas untuk mendapat tempat di taman makam pahlawan. Puluhan tahun hidupnya ia dedikasikan untuk membereskan puluhan ribu perkara di MA, menjadi pengacara yang rela tak dibayar, dan memperjuangkan hak-hak asasi rakyat yang tertindas.

Itulah Artidjo, melawan tiap penyelewengan dan ketidakadilan. Kini, tuhan telah memanggilnya. Eko Prasetyo menuliskan, Bang Ar seperti syuhada: ia tidak pergi jauh ke mana pun, tetapi hidup di alam yang berbeda. Seperti hidupnya, ia memiliki nilai-nilai tangguh yang berbeda dari manusia biasa.

Selamat jalan Artidjo Alkostar, cerita hidupmu abadi dan selalu terpatri di dalam hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun