Mohon tunggu...
Khoirunnisa Marwa
Khoirunnisa Marwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hiduplah untuk menghidupi. Hiduplah untuk saling memberi manfaat.

Mahasiswa STAI Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku Takwa: Makna & Hikmahnya dalam Al-Qur'an

24 Mei 2023   10:08 Diperbarui: 24 Mei 2023   10:28 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Judul buku                  : Takwa : Makna & Hikmahnya dalam Al-Qur'an

Penulis                         : H. M. Ashaf Shaleh

Penerbit                       : Erlangga

Halaman                      : xx, 260 halaman

ISBN                               : 979-781-438-6

Kepengarangan           :

            H. M Ashaf Shaleh merupakan putra kelahiran Bone, Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Juli 1943. Beliau menyelesaikan pendidikan Sarjana stata-1 di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan program Doktor di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun riwayat singkat perjalanannya, belaiu pernah menjadi Dekan Fakultas Ushuluddin IAIN Sultan Thaha Safiuddin Jambi; Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMII) Jambi; dan anggota Mustasyar Nahdlatul Ulama (NU) wilayah Jambi. Dalam buku ini penulis memulai dengan mengungkap dan menganalisa ayat-ayat Al-Qur'an yang membicarakan konsep takwa. 

Kajian terhadap Al-Qur'an dalam buku ini dilakukan dengan pendekatan tafsir tematik, baik ayat-ayat yang eksplisit menggunakan kata-kata takwa maupun ayat-ayat yang datang dalam bentuk ungkapan lain namun mengandung pengertian takwa. Buku ini menjawab pertanyaan "Bagaimana sesungguhnya konsep takwa dalam Al-Qur'an?". Sehingga nantinya masalah pokok yang dijawab dalam buku ini adalah "Bagaimana rumusan-rumusan Al-Qur'an tentang takwa jika dikaitkan dengan posisinya sebagai kunci central dari segala perbuatan dan etika yang disebut dalam Al-Qur'an". 

Sumber data dari buku ini berasal dari kitab-kitab, buku-buku dan tulisan yang berkaitan dengan topik yang dibahas dan dianggap relevan. Karena kajian ini menyangkut Al-Qur'an secara langsung, maka sumber pertama dan utama dalam tulisan ini adalah Al-Qur'an. Objek penelitian dalam buku ini adalah ayat-ayat Al-Qur'an mengenai takwa. 

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu tafsir. Dalam ilmu tafsir terkenal beberapa metode yang mempunyai karakteristik masing-masing, pada buku ini metode maudhu'i atau metode tematik dirasa relevan oleh penulis, dengan langkah-langkah umum sebagai berikut; (1) Merumuskan tema masalah yang akan dibahas; (2) Menghimpun, menyusun dan menelaah ayat-ayat Al-Qur'an, lalu melengkapi dengan hadist yang relevan; (3) Menyusun kesimpulan sebagai jawaban Al-Qur'an atas masalah yang dibahas.

Sinopsis                       :

            Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat pada buku ini, penulis membagi menjadi sub-sub masalah sebagai berikut; (1) Makna dan hikmah takwa; (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi takwa; (3) Karakteristik manusia yang bertakwa; (3) Karunia Allah kepada manusia yang bertakwa; serta (5) Fungsi dan aktualisasi takwa dalam beramal ibadah.

            Takwa dalam al-Qur'an memiliki arti; memelihara diri, hati-hati, takut, beriman, taat, ikhlas dan membersihkan hati dari dosa. Dalam buku ini disebutkan makna etimologis takwa secara nyata telah memberikan dukungan arti terhadap makna terminologis takwa dan makna qur'ani takwa. 

Maka secara terminologi, takwa adalah kesadaran lahir dan batin untuk melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh keikhlasan, sesuai dengan kemampuan manusiawi yang terbatas. Dalam Al-Qur'an seringkali menggunakan beberapa istilah dalam menunjukkan arti takwa yaitu; al-khasyyah (takut), iman, tobat, taat, meninggalkan kemaksiatan, ikhlash, 'ibadah, dan membersihkan hati dari dosa. Al-Qur'an dalam menunjukkan pengertian takwa menggunakan terma-terma yang mengandung makna takwa. 

Adapun terma-terma lain yang digunakan untuk menunjukkan makna takwa adalah kata al-khasysyah, al-khauf, al-rahbah, al-wajal, dan al-ru'b. akan tetapi terma-terma tersebut tidaklah persis mengandung pengertian takwa, karena pada hakikatnya, takwa memiliki makna yang lebih umum dari terma-terma tersebut. dalam perintah bertakwa banyak sekali hikmah yang dapat diperoleh yakni diantaranya memperoleh Rahmat dan keuntungan di dunia dan di akhirat, serta rasa syukur kepada Allah yang timbul dari takwa akan membuka keridhaan Allah terhadap orang yang bertakwa.

Dalam proses pembentukan ketakwaan, banyak faktor yang berperan di dalamnya, bahwa keberhasilan dan kegagalan selalu berhubungan dengan dua kekuatan di persada yang menentukan ketakwaan, yaitu Nabi dan para ulama pada satu sisi, serta Iblis dan setan di sisi lain. Tugas para Nabi dan ulama adalah membentuk dan membina ketakwaan, sedangkan Iblis dan setan berusaha merusak ketakwaan mealui tipu daya, kekufuran, syirik dan jalan-jalan lain yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya seperti fasik dan nifaq.

            Manusia yang bertakwa yaitu manusia yang senantiasa mendasarkan seluruh kepribadiannya pada Al-Qur'an dan sunnah Nabi, dan kedua pedoman hidup agamis tersebut akan melahirkan kepribadian-kepribadian luhur sebagai karakteristik orang yang bertakwa. Karakterisktik orang yang bertakwa diantaranya; beriman kepada Allah, kepada Malaikat malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-Rasul-Nya, kepada hari akhir, dan kepada takdir Allah yang baik maupun yang buruk; menepati janji kepada Allah dan kepada manusia, sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. 

Karakteristik mulia lainnya yaitu berdoa kepada Allah yang menunjukkan bukti kebutuhan manusia terhadap Allah, sekaligus sebagai sarana hubungan antara makhluk dan Khaliqnya; orang yang bertakwa harus mampu menahan amarahnya, mengendalikan diri dan dapat memaafkan kesalahan orang lain; muttaqin merupakan orang yang senantiasa berbuat baik kepada Allah dan kepada sesama manusia dan alam sekitar; dan orang yang bertakwa sedikit tidur di waktu malam, dikarenakan tidak akan menyia-nyiakan waktu terbaik untuk beribadah kepada Allah.

            Allah menegaskan dalam Al-Qur'an, 'Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertakwa', hal ini tampaknya sangat tepat jika melihat karakterisktik istimewa yang dimiliki orang yang bertakwa dan wajar jika Allah menjanjikan karunia-Nya kepada mereka. Orang yang bertakwa akan meraih berbagai Rahmat dan nikmati di dunia dan akhirat. Mereka akan dikarunai dan dirahmati Allah dengan kegembiraan di dunia dan akhirat, terutama di saat-saat akhir hayatnya yang ditakuti banyak manusia yang tak beriman yaitu saat sakaratul maut.

            Manusia yang bertakwa akan dimuliakan Allah karena keikhlasan mereka dalam beramal, amal ibadah mereka diterima oleh Allah, semua ini pada akhirnya akan membawa keselamatan dari azab mereka dan mengekalkan mereka dalam surga, inilah balasan amal shaleh yang dijiwai dengan ketakwaan, yang disertai dengan karunia dan Rahmat Allah.

Kekurangan Buku       :

            Buku ini penuh dengan filosofi yang mampu dipahami hanya oleh orang-orang open minded yang bahkan dapat melakukan Analisa lebih lanjut mengenai apa yang sudah dibaca.

Kelebihan Buku          :

            Pemaparan dalam buku ini menggunakan bahasa yang padat sehingga pembaca dapat memahami apa yang disampaikan dan disertai dengan dalil yang berasal dari Al-Qur'an dan hadist bersama dengan tafsirnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun