Mohon tunggu...
Khoirun nihaya
Khoirun nihaya Mohon Tunggu... Guru - Manusia

Baik hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bimbingan belajar dalam meningkatkan keemampuan literasi peserta didik sekolah dasar

3 November 2019   19:36 Diperbarui: 3 November 2019   19:43 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kesulitan Peserta Didik SD dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi
Para pakar pendidikan sepakat bahwa tingkat literasi yang rendah berkaitan erat dengan tingginya tingkat drop-out sekolah, kemiskinan, dan pengangguran. Ketiga kriteria tersebut adalah sebagian dari indikator rendahnya indeks pembangunan manusia. Menciptakan generasi literat merupakan jembatan menuju masyarakat makmur yang kritis dan peduli. Kritis terhadap segala informasi yang diterima sehingga tidak bereaksi secara emosional dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
Bagi peserta didik yang telah mengenal kegiatan baca-tulis sejak dini tidak akan mengalami hambatan yang berarti dalam pembelajaran literasi yang diberikan di sekolah (Lonigan, 2006). Mereka akan lebih mudah menjadi pembaca dan penulis yang aktif daripada anak-anak yang mengalami hambatan yang berat dalam belajar membaca akibat dari belum familiarnya kegiatan baca-tulis.
Kebiasaan terhadap aktivitas baca-tulis ini tidak terlepas dari peran orangtua. Papalia (Farihatin, 2013) mengemukakan bahwa anak yang tertarik dan gemar membaca sejak dini biasanya adalah mereka yang orang tuanya sering membacakan berbagai hal kepada mereka ketika mereka masih kecil. Artinya, perbedaan tingkat literasi siswa di sekolah sangat dipengaruhi lingkungan keluarga ada atau tidaknya pembelajaran yang diberikan di rumah untuk meningkatkan kemampuan literasi peserta didik. Dengan perbedaan itu, sudah menjadi kewajiban sekolah untuk memfasilitasi perbedaan tingkat literasi tersebut guna memperkecil kesenjangan tingkat literasi antara siswa. Namun, apa yang terjadi di sebagian besar SD di Indonesia? Apakah perbedaan tingkat literasi yang terjadi direspon dan difasilitasi dengan baik? Apakah siswa yang pintar dan cerdas dihasilkan oleh sekolah? Atau memang dari rumah siswa sudah pintar dan cerdas? Dengan realita tingkat literasi siswa yang telah kita ketahui dan pahami berdasarkan data-data penelitian di atas, maka jawaban yang bisa kita berikan adalah kemampuan sekolah dalam memfasilitasi perbedaan pemahaman dan tingkat literasi siswa belum memadai. Praktik dan lingkungan literasi belum diupayakan secara maksimal. Lingkungan literat merupakan lingkungan yang melengkapi siswa dengan demonstrasi literasi, pelibatan literasi, dan dukungan literasi.
Menurut Seto Mulyadi (Harras, 2011) kesadaran literasi itu penting untuk ditumbuhkembangkan, karena bisa membuat para siswa kita menjadi cerdas dalam melihat masalah dalam kehidupannya. Siswa yang cerdas akan membuat bangsa kita maju. Namun ketika perkembangan kemampuan literasi mereka tidak disokong oleh praktik dan lingkungan literasi yang ideal, maka kesulitan pasti akan dihadapi oleh para siswa tersebut dalam meningkatkan kemampuan literasi mereka. Dari segi praktik yang tidak sesuai dengan idealnya, seperti siswa lebih sering diarahkan untuk berbicara tentang bahasadaripada berlatih menggunakan bahasa atau kurangnya kemampuan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dan evaluasi, pengelolaan kelas dan pembelajaran individual siswa kurang intensif,jumlah buku ajar tidak seimbang dengan jumlah siswa, dan evaluasi hasil belajar terfokus pada aspek kemampuan berbahasa belum berjalan semestinya, akan menimbulkan kesulitan pada siswa dalam pemerolehan literasi atau meningkatkan kemampuan literasinya. Perihal terhadap sulit berkembangnya literasi pada siswa ini tidak disadari baik oleh guru maupun oleh siswa. Hal ini hanya mengalir sebagaimana adanya.

Faktor yang Memengaruhi Masalah Belajar
Faktor Internal
Faktor internal yang mempengaruhi kegiatan belajar dapat diuraikan dalam dua aspek berikut:
Aspek Fisiologis; Yaitu kondisi umum jasmani atau ketegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dalam mengikuti pelajaran.
Aspek Psikologis; Selain aspek fisiologis aspek psikologis juga dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa, seperti kecerdasan, bakat, minat dan motivasi
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi kegiatan belajar diantaranya lingkungan individu atau sosial yang bersangkutan misalnya keadaan lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah (seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa).

Upaya untuk Memecahkan Masalah Peserta Didik SD dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi
Dalam hal ini, semua pihak yang berhubungan dengan siswa memiliki peran sesuai dengan kapasitas yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan lambatnya perkembangan literasi pada siswa. Pembuat kebijakan, sekolah dan guru, serta orangtua memiliki peran dan tanggung jawab tersendiri dalam meningkatkan kemampuan literasi anak serta mengambil peran yang strategis dalam upaya melahirkan generasi (siswa) yang literat bagi bangsa Indonesia. (Kharizmi, 2019;vol vii)
Pembuat Kebijakan
Pembuat kebijakan, dalam hal ini pemerintah, harus melakukan beberapa hal berikut:
Melakukan pembenahan secara sistemik dalam hubungannya dengan permasalahan pendidikan, baik dalam hubungannya dengan aspek penciptaan lingkungan sekolah, guru, kurikulum, kegiatan PBM maupun dalam hubungannya dengan aspek pendukung lainnya,
Perlunya pemberian kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat mengembangkan kompetensinya, baik itu dalam bidang akademik, profesional, sosial, maupun pribadi, dengan jalan memperhatikan kebutuhan dan peluang-peluang yang ada secara berkesinambungan dan terkendali
Penyelenggarakan pre-service dan in-service training agar dilakukan secara terkendali dan dikelola secara lebih profesional dengan memperhatikan aspek mutu dan kebermaknaan program yang mengacu pada pencapaian tujuan peningkatan profesionalisme
Pada pengembangan kurikulum, perlu dilakukan penyeimbangan dalam hubungannya dengan aspek konten, kognitif, motorik, dan sikap serta aspek konteks, artinya materi pembelajaran siswa sebaiknya dipilih pada hal yang esensial dan strategis, sehingga perkembangan kognitif siswa dapat lebih diperhatikan
Standard dan praktik penilaian hasil belajar siswa secara nasional yang dilakukan dengan memperhatikan berbagai kompetensi siswa, perlu diperbaiki
Perlu diupayakan pengadaan buku teks dan fasilitas kelas (media dan cara pemanfaatannya), hal ini terkait dengan kondisi kepemilikan buku yang masih rendah di kalangan siswa dan keterbatasan media belajar di sekolah-sekolah. Di samping itu, pengadaan ini mendukung pelaksanaan kurikulum yang memperhatikan aspek kontek dan kognitif secara seimbang. Tidak diragukan lagi apabila kesemua tindakan di atas terealisasikan maka proses belajar mengajar (PBM) yang diseleggarakan oleh sekolah dan guru akan berjalan sebagaimana mestinya.
Sekolah dan Guru
Selain pembuat kebijakan, sekolah sebagai tempat para siswa belajar dan guru sebagai fasilitator para siswa dalam memperoleh literasi juga memiliki peran sangat penting dalam upaya meningkatkan pemerolehan literasi para siswa. Allington & Cunningham (Metiri Group, 2003)
Orangtua
Selanjutnya peran orangtua adalah peran yang tidak kalah penting dari peran sekolah dan guru. Fitgerald, dkk. (Musthafa, 2014) mengemukakan bahwa sangat mungkin terdapat hubungan yang positif antara tingkat kemampuan dan pendidikan orangtua dan tingkat apresiasi terhadap lingkungan literasi. Semakin tinggi tingkat literasi orangtua, semakin tinggi komitmen mereka untuk menciptakan ingkungan untuk anak-anak mereka. Para siswa memperoleh literasi awal dari lingkungan rumah mereka. Hal ini berarti literasi awal yang didapatkan oleh para siswa berasal dari orang tua mereka. Sebagian orangtua mendapat informasi tentang pentingnya lingkungan yang literat bagi perkembangan literasi anak dan mereka berniat untuk membiasakan praktik literasi bagi anak-anak mereka. Akan tetapi sebagian lainnya tidak berhasil memberikan dukungan literasi yang dibutuhkan oleh para anak mereka.

 
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti. 2015. Perkembangan Peserta Didik dan Bimbingan Belajar. Yogjakarta: Deepublish.
Ismail. 2016. Diagnosis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Aktif di Sekolah. [diunduh 2019 November 2]: vol 2 hal 30. Jurnal.ar-raniry.ac.id.
Kharizmi, Muhammad. 2019. Kesulitan Siswa Sekolah Dasar dalam Meningkatkan Kemampuan Literasi. [diunduh 2019 November 2]: vol VII no. 2 hal.94. jfkip.umuslim.ac.id.
Munandar, S.C. Utami. 1999. Kreativitas dan Keterbakatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Prayitno & Ermanti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Grasindo.
Yusuf, Syamsu. 2006. Landasan Bimbingan &  Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun