Mohon tunggu...
Khoiruna Rohmatul Ula
Khoiruna Rohmatul Ula Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa UIN Malang Prodi Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kinerja GPT-4 dalam Studi Pemetaan: Akurasi dan Transparansi Teruji

17 September 2024   19:03 Diperbarui: 17 September 2024   19:14 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ChatGPT (Sumber: Freepik.com)

Kinerja GPT-4 dalam Studi Pemetaan: Akurasi dan Transparansi Teruji

Di era teknologi yang semakin maju, analisis teks otomatis telah menjadi salah satu alat penting dalam penelitian akademik, terutama dalam studi pemetaan sistematis. Artikel "Case study identification with GPT-4 and implications for mapping studies" yang diterbitkan oleh Kai Petersen (2024) mengeksplorasi potensi GPT-4 dalam mengidentifikasi studi kasus, sebuah langkah penting dalam literatur yang sebelumnya seringkali ditandai oleh kesalahan dalam klasifikasi. Studi ini membandingkan GPT-4 dengan metode berbasis frekuensi kata yang dikembangkan oleh Rainer dan Wohlin (2023), yang dikenal sebagai indikator "smell". Indikator ini menggunakan frekuensi kata-kata seperti "interview" sebagai penanda utama untuk mengidentifikasi studi kasus, dengan tingkat akurasi antara 71% hingga 88% pada berbagai set data.

Munculnya GPT-4 menawarkan pendekatan yang lebih canggih, tidak hanya sekadar mengandalkan jumlah kemunculan kata, tetapi juga memberikan penelusuran alasan di balik kesimpulan yang diambil. Pendekatan ini menjanjikan karena GPT-4 bekerja menggunakan model berbasis jaringan saraf yang mampu menganalisis konteks secara lebih mendalam dibandingkan pendekatan berbasis aturan sederhana. Artikel ini menilai kinerja GPT-4 dengan menggunakan tiga set data dari penelitian Rainer dan Wohlin, yang terdiri dari 67, 35, dan 100 artikel, untuk membandingkan akurasi, presisi, dan recall kedua metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun indikator "smell" masih unggul dalam beberapa aspek, GPT-4 memberikan tingkat keandalan yang serupa dengan kelebihan pada kemampuan untuk melacak alasan identifikasi. Temuan ini memberikan peluang besar bagi penggunaan GPT-4 dalam studi pemetaan yang lebih kompleks, di mana akurasi dan interpretasi data menjadi sangat penting.

***

Dalam membandingkan kinerja GPT-4 dan indikator "smell," Kai Petersen (2024) menggunakan tiga set data yang sama dengan penelitian sebelumnya oleh Rainer dan Wohlin. Pada Data Set 1, yang terdiri dari 67 studi, GPT-4 menunjukkan tingkat recall sebesar 72,7%, lebih unggul dibandingkan indikator "smell" yang hanya mencapai 54,5%. Namun, indikator "smell" memiliki keunggulan dalam hal presisi dengan nilai 37,5%, sedikit lebih tinggi dari GPT-4 yang memiliki presisi 34,8%. Akurasi keduanya hampir seimbang, di mana indikator "smell" mencatatkan 77,6%, sedangkan GPT-4 memperoleh 73,1%. Data ini menunjukkan bahwa GPT-4 memiliki keunggulan dalam mengidentifikasi lebih banyak studi kasus yang relevan, meskipun dalam beberapa kasus, hasilnya mungkin tidak seakurat indikator berbasis frekuensi kata.

Pada Data Set 2, GPT-4 mulai menunjukkan kemampuannya yang lebih kuat, dengan presisi sebesar 70,6% dan recall sebesar 75%. Meskipun indikator "smell" lebih baik dalam recall dengan nilai 87,5%, presisinya lebih rendah di 60,9%. Di sini, GPT-4 mulai menunjukkan kelebihan dalam memberikan hasil yang lebih tepat dalam identifikasi studi kasus. Ketika diterapkan pada Data Set 3, yang terdiri dari 100 studi, GPT-4 dan indikator "smell" bersaing ketat. Indikator "smell" menunjukkan presisi luar biasa sebesar 97,7%, sedangkan GPT-4 mencatatkan 74,6%. Namun, GPT-4 memiliki recall yang lebih baik dengan nilai 83%, dibandingkan indikator "smell" yang mencatatkan 79,3%. Akurasi keseluruhan dari kedua metode ini di Data Set 3 menunjukkan hasil yang seimbang, di mana indikator "smell" sedikit lebih unggul dengan akurasi 88%, sedangkan GPT-4 mencatatkan 76%.

Keunggulan GPT-4 terletak pada kemampuannya memberikan alasan mendalam terkait kesimpulannya. Tidak hanya sekadar menghitung frekuensi kata, tetapi juga mempertimbangkan konteks dan detail dalam teks yang dinilai. Hal ini memberikan keuntungan besar bagi peneliti, yang tidak hanya memerlukan akurasi, tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk melacak dan memahami proses pengambilan keputusan model. Dalam studi pemetaan, kemampuan ini penting karena setiap kesalahan dalam ekstraksi data dapat mempengaruhi kesimpulan penelitian secara keseluruhan. GPT-4 dengan sistem pelacakannya memungkinkan peneliti untuk meninjau kembali hasil identifikasi dan mengevaluasi ulang keputusan berdasarkan bukti konkret dari teks asli.

***

Dari analisis ini, terlihat jelas bahwa GPT-4 memberikan kontribusi penting dalam upaya meningkatkan akurasi dan transparansi dalam identifikasi studi kasus. Meskipun indikator "smell" masih unggul dalam hal presisi di beberapa set data, GPT-4 menawarkan nilai lebih dengan menyediakan penjelasan yang lebih mendalam tentang keputusan yang dibuat, sebuah kelebihan yang sangat berharga dalam konteks penelitian yang kompleks. Tingkat recall yang lebih tinggi juga menunjukkan bahwa GPT-4 lebih sensitif dalam mengidentifikasi studi kasus yang seringkali terlewat oleh pendekatan berbasis aturan sederhana.

Dengan kemampuan GPT-4 untuk memberikan penelusuran dan justifikasi hasil, ia menghadirkan potensi besar untuk diadopsi dalam studi pemetaan yang lebih luas di berbagai bidang penelitian. Seiring berkembangnya teknologi, model bahasa besar seperti GPT-4 tidak hanya akan digunakan sebagai alat bantu, tetapi mungkin menjadi standar dalam analisis teks otomatis, menggantikan metode berbasis aturan yang terbatas. Ke depannya, tantangan terbesar adalah bagaimana terus mengembangkan model ini agar lebih akurat dan adaptif terhadap berbagai jenis teks akademik, sambil tetap mempertahankan transparansi dan keandalan dalam pengambilan keputusan.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun