Mohon tunggu...
Inovasi

Analisis Butir Soal Pilihan Ganda dengan Tes Klasik

5 Desember 2016   13:39 Diperbarui: 5 Desember 2016   13:48 2083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

   N    = jumlah peserta didik yang mengerjakan tes.

Menurut Crocker & Algina (1986) dalam Arie Anggraini (2009) Daya pembeda soal diklasifikasikan sebagai berikut :

  • Jika DP ≥ 0,4 maka butir soal baik/diterima,
  • Jika 0,3 ≤ DP < 0,4 maka butir soal cukup baik,
  • Jika 0,2 ≤ DP < 0,3 maka butir soal perlu diperbaiki, dan
  • Jika DP < 0,2 maka soal ditolak.

Pembagian kelompok diambil 25% dari urutan nilai terbaik sebagai kelompok atas dan 25% dari nilai terendah sebagai kelompok bawah. Hal ini terdapat dalam Anastasi & Urbina (1997) yang menyatakan bahwa secara umum persentase yang tepat antara 25%-33%.

Selain rumus di atas, untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda dapat digunakan rumus korelasi point biserial. Rumus khusus korelasi product moment yang dikenal dengan korelasi point biserial untuk data dalam bentuk dikotomi adalah sebagai berikut (Yen W.M (1992) dalam Djunaidi Lababa (2008)):

  • Efektivitas Distraktor

Setiap tes pilihan ganda memiliki satu pertanyaan serta beberapa pilihan jawaban. Diantara pilihan jawaban yang ada, hanya satu yang benar. Selain jawaban yang benar tersebut, adalah jawaban yang salah. Jawaban yang salah itulah yang dikenal dengan distractor (pengecoh). Dengan demikian, efektifitas distraktor adalah seberapa baik pilihan yang salah tersebut dapat mengecoh peserta tes yang memang tidak mengetahui kunci jawaban yang tersedia. Semakin banyak peserta tes yang memilih distraktor tersebut, maka distaktor itu dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Cara menganalisis fungsi distraktor dapat dilakukan dengan menganalisis pola penyebaran jawaban butir. Menurut Sudijono (2005) dalam Djunaidi Lababa (2008) pola penyebaran jawaban sebagaimana dikatakan adalah suatu pola yang dapat menggambarkan bagaimana peserta tes dapat menentukan pilihan jawabannya terhadap kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada setiap butir.

Fernandes (1984) menyatakan bahwa distraktor dapat dikatakan berfungsi apabila paling tidak dipilih oleh 2% peserta ujian. Distraktor yang tidak memenuhi kriteria tersebut sebaiknya diganti dengan distraktor lain yang mungkin lebih menarik minat peserta tes untuk memilihnya.

Daftar Pustaka :

Anggreyani, Ari. 2009. PENERAPAN TEORI UJI KLASIK DAN TEORI RESPON BUTIR DALAM MENGEVALUASI BUTIR SOAL (Studi Kasus : Soal Ujian Akhir Semester Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Mata Kuliah Fisika Tahun Ajaran 2008/2009). Statsistika IPB: Bogor

Lababa, Djunaidi. 2008. ANALISIS BUTIR SOAL DENGAN TEORI TES KLASIK: SEBUAH PENGANTAR. https://jurnaliqro.files.wordpress.com/2008/08/03-jun-29-36.pdf. [29/11/2016]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun