Namun, mata Pak Gatra mempersempit, penuh ancaman. "Jangan macam-macam, Ardana. Kalau tidak mau ada yang terjadi padamu, berhenti mencampuri urusan ini."
Para warga desa sangat percaya pada Pak Gatra karena pengalamannya yang lama di sana. Jika Ardana terburu-buru dan tidak dapat membuktikan bahwa ia benar, ia bisa kehilangan sebagian dukungan warga desa.Â
Sementara itu, Pak Gatra mulai menyebar gosip bahwa Ardana sejatinya tahu kedatangannya ke desa jauh sebelumnya bukan untuk membantu, tetapi untuk kejayaan pribadi. Beberapa warga desa yang sebelumnya bersikap netral mulai menjauhi Ardana.
 "Pak guru, apakah betul anda berencana menjual tanah desa untuk mendapatkan uang?" tanya Aditya, salah satu muridnya mencibir.
Pertanyaan itu membuat Ardana merasa terluka. "Tidak, Aditya. Aku di sini hanya ingin kalian semua bisa belajar dengan baik," jawabnya sambil berusaha tersenyum.
Dengan bantuan Damar, Ardana akhirnya menemukan bukti-bukti kuat keterlibatan Pak Gatra dalam kasus korupsi. Mereka juga mendapatkan rekaman suara percakapan antara Pak Gatra dan pihak korupsi.
Namun, sebelum bukti itu bisa dipublikasikan, Pak Gatra dan anak buahnya mencoba menghalangi Ardana. Malam itu, Ardana disergap di jalan ketika hendak membawa bukti tersebut ke kota.
"Bukti ini tidak akan ke mana-mana, Ardana," ujar Pak Gatra sambil merampas tasnya.
Namun, Ardana tidak sendirian. Damar dan polisi yang sudah dihubungi sebelumnya tiba tepat waktu. Pak Gatra dan anak buahnya ditangkap, sementara Ardana berhasil menyerahkan bukti ke pihak berwenang.
Penangkapan Pak Gatra membuat warga desa terkejut. Banyak yang merasa malu karena sempat mempercayainya. Namun, Ardana tidak menyalahkan mereka.
"Saya mengerti kenapa kalian percaya. Tapi sekarang, kita bisa mulai lagi. Bersama-sama," ujarnya dalam pertemuan desa.