6 hari lagi menjelang puncak pesta demokrasi, semua lini berbenah diri menuju acara inti, ya... 17 April nanti adalah puncak pesta demokrasi untuk seluruh warga negara Indonesia dimanapun berada.
Banyak sekali foto, poster, baliho serta contoh surat suara tersebar dan turut meramaikan jalanan - jalanan. Baik jalan raya maupun jalanan sempit di pedukuhan. atau sekedar uang bensin pengganti ikut konvoi turut serta mengguratkan senyuman masyarakat awam.
Masih terngiang di telinga dan tertangkap kuat di indera, bahwa pesta itu harus menyenangkan, harus membahagiakan. Namun tampaknya itu belum berlangsung karena disana - sini masih terdengar umpatan - umpatan dan saling ejek satu sama lain atau bahkan provokasi yang akhirnya menyakitkan, yang lebih parah, sang atasan hanya bertepuk tangan, tanda kemenangan. Hal semacam ini menggiring opini di masyarakat, khususnya masyarakat kecil, bahwa beginilah pesta demokrasi itu.
Momen perdebatan, seolah menjadi ajang ece-ecean ( Jawa.red ), karena contoh kaum elit politik bagi masyarakat awam.
Banyaknya calon anggota legislatif seolah menambah kebingungan masyarakat kelas bawah, mau pilih yang mana, mau pilih siapa? Apakah akan pilih berdasarkan warna atau eloknya rupa. Kenal saja tidak, bagaimana nanti mau menyampaikan aspirasinya? Apalagi di masyarakat itu sudah jelas semboyannya " bedanya pileg dan pil KB, kalau pil KB lupa, jadi. Tapi kalau pileg jadi pasti lupa. Lupa siapa yang mengantarnya menuju empuknya singgasana.Â
Dari berbagai kebingungan itu, akhirnya muncul opini " pokok e nyoblos, pantang golput. "Dikuatkan dengan fatwa terbaru " haram golput". Â Daripada bingung, akhirnya masyarakat mungkin akan memilih yang kenal, atau pernah kenal , atau sekedar pernah bertemu, atau bahkan sekedar tau, dan yang lebih parah sekedar pernah lihat. Dengan besarnya harapan, nanti bisa menyampaikan aspirasinya. Terutama aspirasi masyarakat kecil. Toh siapapun nanti yang jadi, tetap saja kita makan gak makan urusan pribadi. Paling tidak difasilitasi agar untuk pemenuhan kebutuhan itu mudah.
Terbukanya lapangan pekerjaan yang tidak pandang status dan latar belakang, stabilnya harga kebutuhan pokok dan hasil pertanian, diimbangi dengan pendidikan yang merata di segala bidang. Hukum yang tidak tumpul keatas dan runcing ke bawah. Mungkin sudah cukup membuat rakyat kecil bernafas lega karena hanya itu yang diminta.
Para calon legislatif, belajarlah menjadi amanah agar tercapai baldatun Thoyyibatun wa Robbun Ghofur. Ingatlah kalian duduk manis disana karena ada yang mendukung dibelakang, mereka adalah rakyat, yang jika sudah bergerak kekuatannya tidak akan terbendung. Penuhilah perut - perut yang kosong, ibaratnya jika perut dikenyangkan, maka kerjanya juga akan tenang, bukan malah mengantuk duduk di kursi empuk, sambil menunggu jatah bulanan.
Kalau terpilih, karena mungkin dianggap cakap dan lebih dari yang lain, karena sejatinya jiwa kepemimpinan itu ada pada setiap orang sejak ia dibuai benih dari Tuhannya. Maka jika kau kotori kecakapan itu dengan ketidak- amanah- an, serta ambisi memperkaya diri sendiri, sehingga dengan sedikit saja kesombongan terbesit dalam hati, " Tuhan saja, kami tidak takut". Maka ingatlah nanti kau akan dituntut oleh hakim yang Maha Tinggi.
Jadi, di pesta demokrasi kali ini, jadi pilih siapa ?.(2y)