Aku sudah tak butuh puisi
Setiap hari kau jejalkan aksara dan kata
Hingga aku sulit menerjemahkan bahasamu
Karena bahasamu penuh dengan bahasa idiom yang tak ku mengerti
Aku sudah tak butuh puisi
Setiap hari sampai lima judul yang kau tulis
Aku capek membacanya
Namun yang ku butuhkan
Kasih sayang yang pernah kau eja lewat hati
Tetapi nyatanya, kasih sayang tak pernah ku jumpai
Puisimu indah
Memenuhi diksi yang begitu lembut
Tetapi kenyataannya, kau begitu pahit
Tak sesuai dengan bahasa puisi indahmu
Puisimu seperti angin yang membawa tidur
Namun setelah tidur
Kau gulung dengan angin yang kencang
Hingga terjatuh dan tak mampu berdiri
Karena angin terlalu kencang
Membawa kesedihan dan luka
Jika puisimu bisa melayang terbang ke angkasa
Bawa aku kesana
Namun nyatanya, puisimu penuh luka
Sampai aku terbawa dalam duka yang nyata dan lara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H