Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lautan Nestapa

23 Juli 2023   07:00 Diperbarui: 23 Juli 2023   07:47 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika puisi sudah menabuh perang
Kata dan aksara akan menjadi peluru
Menerjang segala yang ada
Kan kubawa lari luka aksara
Memenuhi ruang rinduku yang tak tersampaikan
Kan kubawa lari luka kata
Memenuhi ruang bara api
Membakar di setiap bait yang tergores di air mata

Ku usap air matamu
Menghujam di segala jiwamu
Menusuk di segala mimpi-mimpi yang ambyar
Karena luka begitu dalam
Hingga embun pagi tak mampu mendinginkan keadaan
Sampai hari ini di paksa terjatuh
Saat aku dan engkau menjadi taman yang layu
Bersama gugur bunga hati yang ada di nurani jiwa rasa

Kubawa luka
Menyeberangi lautan nestapa
Aku dan engkau tak dapat menyatu
Selaksa bunga yang di paksa jatuh di taman
Karena angin tak merestui bunga tetap ada di ranting
Selaksa kisahku denganmu di paksa keadaan
Hingga kita ambyar
Menuju luka sepanjang jalan nafas ini berjalan

Lautan nestapa
Tergambar di wajah yang dahulu ceria
Namun setelah waktu berjalan
Kita dipaksa keadaan
Kata ambyar menjadi nyata
Menuju celah-celah jiwa yang hancur
Hingga tak tersisa keadaan bahagia
Karena keadaan sudah menjadi lautan nestapa
Memenuhi ruang hati yang mengharu biru

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun