Tak terasa air mata ini jatuh
Kala melamarkanmu dengan gadis pujaanmu
Engkau lelaki kurus yang ditinggal Ayahmu sejak kecil
Engkau memukul matahari
Tanpa ayah disampingmu
Hingga engkau menjadi lelaki yang kuat
Walaupun aku tahu
Jiwamu juga patah
Saat harus menanggung segala beban yang ada di jiwamu
Aku melamarkanmu dengan barisan air mata
Berjajar selaksa para serdadu yang terjun ke medan tempur
Karena jiwamu yang sudah semestinya
Ayah dan bundamu menemani saat melamarkanmu
Namun Ayah Bundamu sudah tiada
Maka kuatkan jiwamu
Walaupun aku tahu
Engkau juga manusia yang punya hati
Siapa yang tak jatuh air mata?
Jika seharusnya Ayah dan Bundamu yang menemanimu
Saat melamarkan gadis pujaanmu
Namun Ayah dan Bundamu sudah terlebih dahulu kembali kepadaNya
Ku coba simpan air mata ini
Walaupun tetap saja jatuh saat melamarkanmu dengan gadis pujaanmu
Namun semua ku usahakan tuk menguatkan jiwaku
Karena lelaki tak boleh menangis
Walaupun harus terpaksa jatuh air mata
Jangan sampai ada yang tahu
Cukup aku dan Tuhan
Mengetahui tentang air mata ini jatuh
Menuju jiwa dan hati yang patah
Aku melamarkanmu dengan barisan air mata
Karena aku teringat Ayah Bundamu yang sudah seharusnya
Menemani di hari bahagiamu ini
Namun Ayah Bundamu sudah tiada
Biarkan air mata ini jatuh
Menghilangkan segala rasa beban yang mengganjal di setiap detak nafas dan udara
Menjadikan kedamaian di hati atma
Saat air mata ini jatuh
Menuju sungai-sungai kesucian dan keikhlasan jiwa
Menuju kebahagiaan sejati
Bersama ridha Ilahi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H