Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Detakan Nafas Putri Kyai

27 Juni 2023   21:28 Diperbarui: 27 Juni 2023   21:56 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duhai putri Kyai

Kutulis puisi untukmu

Saat malam yang sunyi dan hening

Ditemani suara hujan dan badai

Ku kuatkan diriku dalam genggaman harapan

Kuharap engkau menanti segala rasa yang kian mulai membakar di kepalaku

Tentang rasa rindu yang mulai melambai di atas altar wajahmu

Kian hari mulai menjadi hantu di setiap detak nafasku


Putri Kyai

Malam yang gelap gulita

Kurasakan detakan nafasmu

Lewat bait puisi yang kutulis untukmu

Tentang rasa rindu yang menguras air mata dan darah

Mengalir di sekujur tubuhku

Tentang rasa yang ku bawa

Hingga menuju altar langit dan bumi

Kupersembahkan untukmu

Secawan puisi tentang perasaanku yang tak mungkin menyatu denganmu

Karena jarak nafas antara kita

Begitu jauh selaksa antara senja dan embun pagi

Dua ruang yang tak akan pernah bersatu


Detakan nafas putri Kyai

Kurasakan di setiap bait yang kutulis

Melalui mata batinku

Tentang sebuah rasa yang mulai menjadi kabut hitam

Kabut hitam yang mulai menjelma menjadi Malaikat

Ingin mengikat hati yang tak mungkin terjadi

Lalu kucoba aku benamkan segala rasaku

Kan kubunuh segala cinta di hatiku

Tentang wajahmu yang begitu anggun

Menghantui di setiap detak nafasku


Putri Kyai

Detakan nafasmu kurasakan

Lewat kata dan aksara

Kan kumatikan segala rasaku

Melalui bait puisi ini malam

Aku membunuh segala cinta dan rasaku untukmu

Maafkan aku yang tak dapat berjuang sampai mati

Karena aku tahu

Kau adalah: Bidadari yang tak mungkin kumiliki

Lebih baik cintaku 

Ku pahat segala rasaku di liang lahat

Daripada aku harus membunuh segala kebahagiaan yang telah kita bangun bersama

Lebih baik aku matikan segala rasaku tentangmu

Hingga di ujung altar langit dan bumi

Kan kupersembahkan segala rasaku untukmu


Insya' Allah, setelah kehidupan di semesta sirna

Demi Allah, aku berjanji akan menemuimu di kehidupan berikutnya

Kehidupan yang telah di tulis di firman dan sabda


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun