Tatkala angin malam menyerbu tenggorakanku
Rasa lapar menaungi tubuh dan wajahku
Kutetap berusaha melawan arah
Bersama udara yang mulai sesak
Aku masih berumur tiga belas tahun
Harus berani melawan keras dunia yang menampar pipi kiri maupun pipi kananku
Rintihan perut lapar
Menusuk diseluruh jantungku
Bagaimana pendidikanku yang masih menginjak Madrasah Tsanawiyah
Aku harus di tinggal Ayah
Aku menjadi yatim
Kehidupanku akan dibasuh dengan air mata dan darah
Namun aku tetap bertahan
Walaupun keadaanku dalam kehidupan sepahit apapun
Aku masih berumur tiga belas tahun
Kuberanikan diri menatap atap langit cita-cita
Walaupun harus menyebarangi udara yang penuh api
Memenuhi segala udara dan pantai
Aku tetap menaruh keyakinan di batin dan naluriku
Aku tetap berusaha sebisa mungkin
Menghadapi gelombang demi gelombang badai kehidupan
Terus memenuhi rasa pedih di sanubari jiwa atma
Aku masih berumur tiga belas tahun
Hidup tanpa Ayah yang sudah tiada
Aku menatap keadaan semesta yang semakin kabut
Antara kematian dengan kehidupan sudah tak ada jarak
Namun kelak aku berharap dan memohon kepada Tuhan
Supaya aku mampu menjadi anak yang selalu dekat denganNya
Walaupun harta dan tahta jauh dari harap cemasku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H