Malam nampak tak ada cahaya
Kegelapan menyelimuti mayapada
Hamparkan segala sedih risau
Benamkan segala duku lara
Bergantilah dengan suka cita
Meraih sebuah mimpi-mimpi rasa
Berselimut awan menghitam
Bermandikan hujan di malam tintrim
Sembari bernafaskan kehidupan yang terus berjalan
Jangan ragu saat melangkahkan di setiap kaki nafas
Menjajaki di setiap lelaku kehidupan
Jalan menuju sebuah pendelengan
Malam tintrim
Denawa api membakar segala rasa
Ketenangan harus dijaga
Jangan sampai ketenangan menjadi riuh
Selaksa badai menerjang ombak di tengah lautan
Membawa bencana ditanah-tanah bibir daratan
Menjulang menghancurkan segala karang
Malam tintrim
Bermandikan kegelapan tanpa cahaya penerang
Rembulan masih tertutup awan menggumpal
Hujan masih menyerbu daratan tanpa ada kata jeda
Suara alam menembus dinding-dinding kehidupan
Seolah-olah malam tintrim ingin riuh keadaan
Menggelegar di antara ujung nafas persinggahan
Malam tintrim
Menghembuskan keadaan asap tanpa bara api
Karena api sudah menjadi abu
Sebelum air hujan tumpah ruah di tanah lapang
Terdengar suara hujan nampak gaduh
Namun tetap saja keadaan dirasakan di tengah malam tintrim
Seperti keadaan semesta tak berpenghuni
Karena nafas kehidupan masih terasa di hutan belantara
Bersama udara yang masih suci
Belum tertembus asap pabrik-pabrik yang kotor
Mengotori udara di kawasan industri
Hingga nafas terasa sesak
Tinggal satu nafas yang masih bergandengan dengan raga
Berpuluh-puluh pilu keadaan semesta
Membentang di segala arah jiwa atma
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H