Tubuh yang lusuh
Sudah dicuci derita sejak lahir
Semenjak kecil sudah menjadi yatim
Akankah dia mampu memukul dunia yang begitu arogan
Tubuh yang kecil akankah mampu menjadi orang yang bisa memikul beban tanpa Ayah
Karena Ayah sudah meninggal sejak lama
Air mata sudah kering
Aliran kesedihan sudah membeku dipucuk luka duka
Aku menyaksikan kala itu
Mengalami penderitaan rasa lapar yang meraung di antara tubuh-tubuh yang kering kerontang
Sungguh kesedihan beban yang engkau derita begitu luar biasa
Tak kan sanggup di usia yang masih kanak-kanak harus dicuci derita yang menyayat di setiap nafas detak jantungmu
Aku menyaksikan kala itu
Tubuh kecilmu penuh luka
Menyayat di hati
Rasa lapar meraung ditubuh-tubuh kecilmu
Akankah engkau mampu meraih cita-citamu
Tanpa Ayah disampingmu
Kekurangan makanan menjadi tabiatmu
Lalu cita-citamu akan engkau sandarkan kemana?
Pikir dalam lirih jiwaku
Jika makan saja itu sulit bagimu
Bagaimana masa depanmu kelak?
Sungguh tubuh kecilmu
Selaksa kemarau tanpa hujan berpuluh-puluh pilu
Tubuh kecilmu penuh luka
Terluka akan kejamnya kisah dunia semesta
Aku menyaksikan kala itu
Kegigihanmu dalam belajar tentang kehidupan
Kelak akan mengajarimu
Menjadi orang hebat yang mampu memukul congkaknya dunia
Tubuh kecilmu penuh luka
Aku menyaksikan kala itu
Lalu aku berpikir di hati sanubari
Bagaimana nasibmu yang akan datang
Namun kini engkau telah membuktikan
Tubuh kecilmu yang dulu penuh luka
Sekarang sudah menjadi orang hebat di Kabupaten
Aku bangga kepadamu
Walaupun sejak kecil sudah ditinggal Ayahmu
Namun engkau mampu membuktikan
Bahwa dunia itu seperti roda
Terkadang ada dalam derita
Terkadang ada di puncak muara kejayaan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H