Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tubuh Kecilmu Penuh Luka

16 September 2022   08:57 Diperbarui: 16 September 2022   08:59 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tubuh yang lusuh

Sudah dicuci derita sejak lahir

Semenjak kecil sudah menjadi yatim

Akankah dia mampu memukul dunia yang begitu arogan

Tubuh yang kecil akankah mampu menjadi orang yang bisa memikul beban tanpa Ayah

Karena Ayah sudah meninggal sejak lama

Air mata sudah kering

Aliran kesedihan sudah membeku dipucuk luka duka

Aku menyaksikan kala itu

Saat tubuh kecilmu

Mengalami penderitaan rasa lapar yang meraung di antara tubuh-tubuh yang kering kerontang

Sungguh kesedihan beban yang engkau derita begitu luar biasa

Tak kan sanggup di usia yang masih kanak-kanak harus dicuci derita yang menyayat di setiap nafas detak jantungmu

Aku menyaksikan kala itu

Tubuh kecilmu penuh luka

Menyayat di hati

Rasa lapar meraung ditubuh-tubuh kecilmu

Akankah engkau mampu meraih cita-citamu

Tanpa Ayah disampingmu

Kekurangan makanan menjadi tabiatmu

Lalu cita-citamu akan engkau sandarkan kemana?

Pikir dalam lirih jiwaku

Jika makan saja itu sulit bagimu

Bagaimana masa depanmu kelak?

Sungguh tubuh kecilmu

Selaksa kemarau tanpa hujan berpuluh-puluh pilu

Tubuh kecilmu penuh luka

Terluka akan kejamnya kisah dunia semesta

Aku menyaksikan kala itu

Kegigihanmu dalam belajar tentang kehidupan

Kelak akan mengajarimu

Menjadi orang hebat yang mampu memukul congkaknya dunia

Tubuh kecilmu penuh luka

Aku menyaksikan kala itu

Lalu aku berpikir di hati sanubari

Bagaimana nasibmu yang akan datang

Namun kini engkau telah membuktikan

Tubuh kecilmu yang dulu penuh luka

Sekarang sudah menjadi orang hebat di Kabupaten

Aku bangga kepadamu

Walaupun sejak kecil sudah ditinggal Ayahmu

Namun engkau mampu membuktikan

Bahwa dunia itu seperti roda

Terkadang ada dalam derita

Terkadang ada di puncak muara kejayaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun