Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Wisata Air Mata

1 September 2022   06:11 Diperbarui: 1 September 2022   06:16 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kala langit masih gelap di angkasa raya

Hujan juga tak nampak sejak kemarin

Aku berjalan menyusuri desa dan kota

Aku berjalan menyusuri hamparan sawah dan ladang

Aku berjalan menyusuri sungai-sungai kehidupan

Aku berjalan menyusuri lembah dan gunung

Tak terasa waktu perjalanan yang melelahkan

 

Wisata air mata

Melihat keadaan yang jauh dari nurani

Alam yang mulai rusak di terjang keadaan tangan-tangan dan tubuh-tubuh yang jauh dari sifat khalifah bumi

Aku melihat hutan-hutan yang mulai gundul

Aku melihat sungai-sungai yang mulai tercemar

Aku melihat pohon-pohon yang sudah mulai tak seimbang dijadikan gedung-gedung tinggi

Menapaki perjalanan kehidupan yang terus melaju bersawa waktu

Perjalanan awalku

Ingin menghibur diri dalam kebekuan menghadapi kehidupan

Perjalananku mencari secercah harapan yang terus menerus melaju

Perjalananku diawal ingin berwisata hati bahagia

Namun ternyata kini menjadi wisata air mata

Kesedihan melihat alam yang semakin rusak diterjang keadaan yang memilukan

 

Tangan-tangan kotor

Merusak alam tanpa memperhatikan keadaan

Bila hutan gundul

Maka banjir akan datang menyergap kota dan desa

Lalu keadaan semakin kacau

Bila banjir memaksa kita mengungsi menuju dataran tinggi

Menuju pengungsian yang sangat memilukan

 

Wisata air mata

Wisata yang memilukan melihat keadaan hutan-hutan yang gundul

Wisata yang menyedihkan melihat keadaan sungai-sungai yang tercemar

Sungguh wisata air mata

Membuat hati bermuara dalam mata batin kesedihan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun