Kala langit masih gelap di angkasa raya
Hujan juga tak nampak sejak kemarin
Aku berjalan menyusuri desa dan kota
Aku berjalan menyusuri hamparan sawah dan ladang
Aku berjalan menyusuri sungai-sungai kehidupan
Aku berjalan menyusuri lembah dan gunung
Tak terasa waktu perjalanan yang melelahkan
Â
Melihat keadaan yang jauh dari nurani
Alam yang mulai rusak di terjang keadaan tangan-tangan dan tubuh-tubuh yang jauh dari sifat khalifah bumi
Aku melihat hutan-hutan yang mulai gundul
Aku melihat sungai-sungai yang mulai tercemar
Aku melihat pohon-pohon yang sudah mulai tak seimbang dijadikan gedung-gedung tinggi
Menapaki perjalanan kehidupan yang terus melaju bersawa waktu
Perjalanan awalku
Ingin menghibur diri dalam kebekuan menghadapi kehidupan
Perjalananku mencari secercah harapan yang terus menerus melaju
Perjalananku diawal ingin berwisata hati bahagia
Namun ternyata kini menjadi wisata air mata
Kesedihan melihat alam yang semakin rusak diterjang keadaan yang memilukan
Â
Tangan-tangan kotor
Merusak alam tanpa memperhatikan keadaan
Bila hutan gundul
Maka banjir akan datang menyergap kota dan desa
Lalu keadaan semakin kacau
Bila banjir memaksa kita mengungsi menuju dataran tinggi
Menuju pengungsian yang sangat memilukan
Â
Wisata air mata
Wisata yang memilukan melihat keadaan hutan-hutan yang gundul
Wisata yang menyedihkan melihat keadaan sungai-sungai yang tercemar
Sungguh wisata air mata
Membuat hati bermuara dalam mata batin kesedihan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H