Peluru menembus tubuh-tubuh yang basah
Darah mengalir di dada yang tertembak senapan
Tubuh-tubuh tersungkur di tanah lapang
Tangan sudah tak bisa bergerak
Nafas di tutup dengan luka peluru-peluru berseliweran
Nyawa di paksa pisah dengan raga
Malam pekat mengarungi bau anyir
Kami di paksa harus menutup mata terakhir
Kami sudah tak mampu berdiri tegak
Karena kami sudah menjadi jiwa-jiwa bertebaran di jalan dan sungai-sungai penuh darah dan air mata
Sudah tak mampu bergerak tubuh-tubuh kami
Kami sejak sore sampai malam pekat
Kami di berondong senapan tanpa henti
Kami di paksa menyerah tanpa perlawanan
Namun kami berkata tidak selama mereka para kolonial tidak angkat kaki di tanah air dan udara kami tercinta
Kami nafas pejuang
Sudah di berondong senapan berkali-kali
Kami sudah menutup mata terakhir
Tetapi jiwa-jiwa semangat juang kami
Akan selalu menyertai mereka para pejuang yang membawa estafet perjuangan berikutnya
Kami nafas pejuang
Sudah tertembak berkali-kali
Hingga tubuh-tubuh kami
Sudah tak sanggup bangkit kembali
Tetapi semangat kami akan terus bangkit berjuang
Menjiwai generasi penerus berikutnya
Perjuangan kami bukan untuk ini hari saja
Namun perjuangan kami akan menjadi estafet perjuangan
Bagi generasi berikutnya
Kami nafas pejuang
Sudah terlempar dari kehidupan dunia
Karena kami sudah gugur dalam pertempuaran ini malam
Maka kenang-kenanglah kami
Teruskan perjuangan jangan pernah ada ketakutan di jiwa hati atma
Karena mati atau hidup dalam sebuah perjuangan
Sudah tak ada jarak antara keduanya
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI