Tubuhmu sudah lama menyatu dengan bumi
Tulang belulangmu sudah lama di pemakaman
Antara ruh dan jasadmu sudah berpisah berpuluh-puluh tahun
Sebelum aku dilahirkan di tanah, air dan udara
Namun aku masih menemui karya sastramu
Engkau ukir karya agung "Aku dan Kerawang Bekasi"
Tulisan yang engkau ukir selaksa embun yang menenangkan pagi hari
Jejak tulismu masih abadi
Hingga detik nafas ini
Karyamu masih menyelimuti dunia sastra
Sungguh puisi-puisi yang engkau ukir begitu bermakna
Bagi kami generasi yang hidup setelah kepergianmu
Chairil Anwar
Aku mengirim goresan aksara untukmu
Engkaulah pelita aksara yang memberi penerangan para sastrawan dan mereka yang membaca maupun yang mendengarkan karya-karyamu
Engkaulah nafas puisi yang terus mengalir menuju celah-celah sanubari
Namamu tercatat dalam sejarah sastrawan maupun sejarah puisi
Karena engkau pelita aksara dalam menyusun kata yang penuh dengan diksi bermakna tinggi
Setiap kata-kata yang engkau ukir mengandung makna yang dalam
Penuh dengan kepahlawanan dan penuh dengan keindahan sebuah aksara
Chairil Anwar
Aku mengirim puisi untukmu
Biarpun raga dan nyawa tak menyatu
Biarpun tubuh sudah di satukan dengan bumi
Biarpun tulang belulang sudah di pemakaman
Biarpun darah dan air mata sudah tak keluar
Namun karya yang engkau ukir
Masih menyelimuti semesta raya
Bertebaran bersama bintang-bintang di langit
Menuju celah-celah hati mereka yang tercerahkan
Sebuah karya yang engkau ukir di dalam setiap detak jantung dan nafasmu
Penuh dengan perjuangan yang terus membara di hati sanubari generasi sepanjang masa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H