Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak dan Puisi bagi Pecinta "Kantong Kosong"

3 Juli 2022   13:12 Diperbarui: 3 Juli 2022   13:15 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Panggil saja namaku kantong kosong

Aku tak punya harta untuk mencuri hati wanita

Namun aku punya puisi dan kata-kata yang mengikat

Kata-kata kan kususun rapi

Kumasukkan salon rembulan

Supaya lebih meyakinkan kata-kataku tentang cinta

Kuberi nuansa lautan dan gunung

Biar lebih menakjubkan

Kuberi latar tentang harta dan tahta

Kan kuceritakan pada wanita itu

Bahwa aku tak punya harta

Apalagi tahta

Namun aku hanya punya sebait kata cinta

Tentang ketulusan dan tentang keikhlasan sebuah rasa

Bila cintaku di tolak

Aku akan menulis kembali tentang luka

Akan kusentuh hatinya

Sampai dia akan memasuki alam baitku

Karena aku akan mencoba merayu dengan bahasa luka maupun bahasa setia

Sebut saja namaku kantong kosong

Tak punya harta, apalagi tahta

Namun aku punya kata-kata mujarab

Jika dia menerimaku

Aku akan buat bahagia lewat kata dan bahasaku

Bila harus mentah cintaku

Karena kalah bersaing dengan kumbang yang berharta dan bertahta

Maka tak ada kata lain

Selain suara luka yang akan kutulis untuknya

Akan aku buat dari halaman satu sampai dia tak mampu membacanya

Sebut namaku kantong kosong

Sajak dan puisi adalah: senjataku  yang tak punya harta

Sebut namaku kantong kosong

Sajak dan puisi adalah: senjataku yang tak punya tahta

Namun aku si kantong kosong pandai menyusun kata-kata keindahan

Apalagi merengek-rengek dengan kata-kata terluka

Maka jika itu terjadi

Seolah-olah semesta kan kubuat 

Ikut berduka dalam aliran air hujan yang memenuhi sungai air mata

Sampai meluap tak terkira antara jarak dan waktunya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun