Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lelaki Tak Boleh Mengeluarkan Air Mata

26 Juni 2022   19:37 Diperbarui: 26 Juni 2022   19:58 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kala langit hati menghitam

Hujan terus menaburi di jantung-jantung kehidupan

Lelaki harus puas dengan jawaban si wanita

Walau jawaban itu menyayat atma

Sampai sulit bernafas merasakan sakit

Saat hati tak sesuai dengan cita dan cinta

Namun apa daya bila langit tak merestui

Menyatu antara matahari dan rembulan

Begitu juga cintamu

Tak bisa bertemu dalam balutan ibadah

Karena si wanita berpikir lain tentang harapmu

Lelaki tak boleh mengeluarkan air mata

Walau hati luka di sayat aksara yang perih

Lelaki tetap tak boleh mengeluarkan air mata di depan wanita

Ingat! Itu pantangan seorang lelaki

Karena itu tindakan hina dan cengeng

Kalaupun tetap tidak bisa di tahan

Paling tidak simpan dulu air matamu

Biarlah air matamu tumpah bersama puisimu

Jangan sampai kesedihan air mata engkau umbar di depan wanita

Apalagi wanita yang engkau cintai

Lelaki tak boleh mengeluarkan air mata

Itu sudah menjadi budaya kehidupan

Walaupun harus tumpah air mata tak terbendung

Hingga air mata harus terurai membasahi pipimu

Namun aku harap simpan dulu erat-erat di kelopak matamu

Jangan sampai wanita yang engkau cintai mengetahui keadaanmu

Karena itu akan menimbulkan bumerang, bahwa budaya lelaki tak boleh lemah menghadapi cinta sepedih apapun

Simpan erat-erat air matamu

Lelaki tak boleh mengeluarkan air mata

Kalau memang tak bisa di simpan rapat-rapat

Keluarkan saja di saat tidak ada orang yang mengetahui keadaanmu

Biarlah puisi yang menulis kesedihan dan luka di hatimu

Hingga air mata harus pecah di goresan pena yang engkau ukir

di lembaran-lembaran kertas yang engkau serat dengan sajak dan puisimu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun