Dingin angin mulai merasuk di raga
Menuju mayapada kayangan atma
Kureguk seteguk kopi di pekat embun pagi
Menyelinap di bayangan mimpi-mimpi kehidupan
Menuju narasi-narasi sajak melintasi batas imagi
Kususuri hutan-hutan naskah
Kuseberangi situs-situs di layar lcd
Kubaca perlahan-lahan, ada berita apa ini hari ?
Sambil sesekali kuhisap kehidupan yang pahit
Sambil duduk bersila bersama mereka para penguasa aksara
Aku menelusuri sajak-sajak yang hampa, kosong dan sepi
Seluruh atma terasa ada sesuatu yang hilang
Saat kubaca sajak tanpa ada kata jeda
Liar sajaknya, bah lautan bergelombang menghantam daratan
Penguasa aksara di jagat maya
Kusruput kembali kopi hangatku
Sambil sesekali membaca diksi-diksi yang sulit kunalar
Karena ini terasa diksi langit atau diksi yang terlalu dalam masuk celah-celah kerak mayapada
Sampai ku baca berkali-kali
Supaya aku dapat mencerna keadaan yang engkau tulis lewat hati dan jiwamu
Hingga aku paham tentang keadaan yang tertulis dipapan-papan layar lcd
Bersama kopi hangat di pagi yang penuh mentari
Menyambut arah jalan kehidupan seorang sastrawan
Sampai kekerak mayapada atau menuju rembulan singgasana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H