Hujan rintik-rintik di bulan Juni
Aku berusaha mengumpulkan kata
Dari serakan hati yang terluka
Kiranya engkau membaca panggilan bahasa yang kukirim lewat angin malam
Kuharap engkau membaca dengan perlahan dan tak ada air mata tumpah dikegelapan
Supaya kata-kata luka dapat kubasuh bersama dzikir kehidupan
Hari mulai gelap
Aku mencoba mengetuk keyboardku
Mencari bait kata yang tepat
Dari kata-kata kosong kurangkum dalam bahasa luka
Ingin sekali aku merangkai kata-kata tanpa air mata
Tapi apalah daya jika hati sudah terluka
Kata-kata ini menjadi bahasa temaram
Sampai porak poranda kata-kata yang kususun
Hingga aku harus berlayar dikelopak mata pengasingan
Supaya mencapai kesempurnaan dalam luka
Kata-kata tergores di papan layar
Menjelma menjadi bahasa mematikan sebuah hati
Hingga tak bergutik mengucap sebuah bahasa
Karena  kata-kata sudah meluluh lantakkan sebuah jiwa
Masih ingatkah!
 Cerita cinta yang pupus di telan waktu
Jarak tak dapat menjaga sebuah hati
Karena hati begitu liar membuat rasa atma menjadi abu
Biarlah kata-kata luka menerjemahkan di setiap sum-sum nafas
Supaya hati dan nalar memahami sebuah keadaan
Biarpun goresan air mata menyelinap di ujung atma
Semua pasti akan ada jalan keluarnya
Karena Tuhan  menguji manusia sesuai kemampuan
Kata-kata luka
Menjelma selaksa badai di tengah malam
Menghujani di sekujur tubuh
Hingga tubuh harus kupaksa bersujud
Karena sujud pada Ilahi
Salah satu bentuk kepasrahan antara raga dan jiwa
Menyatu dalam  dzikir kehidupan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H