Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dzikir Kehidupan

13 Juni 2022   20:10 Diperbarui: 13 Juni 2022   20:26 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan rintik-rintik di bulan Juni

Aku berusaha mengumpulkan kata

Dari serakan hati yang terluka

Kiranya engkau membaca panggilan bahasa yang kukirim lewat angin malam

Kuharap engkau membaca dengan perlahan dan tak ada air mata tumpah dikegelapan

Supaya kata-kata luka dapat kubasuh bersama dzikir kehidupan

Hari mulai gelap

Aku mencoba mengetuk keyboardku

Mencari bait kata yang tepat

Dari kata-kata kosong kurangkum dalam bahasa luka

Ingin sekali aku merangkai kata-kata tanpa air mata

Tapi apalah daya jika hati sudah terluka

Kata-kata ini menjadi bahasa temaram

Sampai porak poranda kata-kata yang kususun

Hingga aku harus berlayar dikelopak mata pengasingan

Supaya mencapai kesempurnaan dalam luka

Kata-kata tergores di papan layar

Menjelma menjadi bahasa mematikan sebuah hati

Hingga tak bergutik mengucap sebuah bahasa

Karena  kata-kata sudah meluluh lantakkan sebuah jiwa

Masih ingatkah!

 Cerita cinta yang pupus di telan waktu

Jarak tak dapat menjaga sebuah hati

Karena hati begitu liar membuat rasa atma menjadi abu

Biarlah kata-kata luka menerjemahkan di setiap sum-sum nafas

Supaya hati dan nalar memahami sebuah keadaan

Biarpun goresan air mata menyelinap di ujung atma

Semua pasti akan ada jalan keluarnya

Karena Tuhan  menguji manusia sesuai kemampuan

Kata-kata luka

Menjelma selaksa badai di tengah malam

Menghujani di sekujur tubuh

Hingga tubuh harus kupaksa bersujud

Karena sujud pada Ilahi

Salah satu bentuk kepasrahan antara raga dan jiwa

Menyatu dalam  dzikir kehidupan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun