Terlihat lereng Liman dari Kota angin
Masih gagah perkasa memenuhi sudut-sudut langit
Menghadap ke Utara seolah-olah memberi pelajaran kepada kami
Bahwa hidup harus tetap tegar
Walau badai tak jarang menerjang
Seperti gunung Liman tetap tabah menghadapi keadaan cuaca seburuk apapun
Hari sudah mulai gelap
Pikiran masih melayang ke angkasa
Namun sudah beberapa hari ini
Aku tak memperhatikan angkasa di kota angin
Karena aku terlalu sibuk mempersiapkan diri di alam keterbatasan
Menuju kota pelajar
Idaman bagi kaum pelajar untuk mengasah Ilmu dan pola pikir
Supaya suatu saat mempunyai sikap tahan banting
Saat menghadapi keadaan negeri sebesar Indonesia Raya
Saat di kota pelajar
Terlihat begitu lalu lalang pelajar sibuk menyiapkan diri dalam belajar
Dari sudut-sudut ruang Perpus penuh dengan pelajar yang sedang membaca dan menulis sebuah catatan untuk dijadikan makalah maupun untuk di jadikan penelitian
Aku juga melihat ada sosok Mahasiswa yang sibuk mencari pasangan
Supaya malam Minggu tidak kesepian
Dari situlah aku mulai belajar tentang keadaan kehidupan para pelajar
Ada yang serius menelurkan sebuah karya tulis
Namun juga ada yang serius mencari pasangan dan tak jarang menulis sebuah puisi salon yang mengungkapkan tentang kecantikan
Melihat keadaan kampus yang di warnai beragam suku bangsa
Ku coba untuk membuat sebuah studi kecil yang terdiri dari 4 orang penggagas
Aku tidak ikut organisasi besar yang sudah mapan
Karena aku ingin membangun pergerakan dari kecil
Supaya kami mampu memahami keadaan sebuah negeri dengan sederhana
Kami juga pernah bergabung dengan pergerakan Liga Forum Studi Yogyakarta
Kami melakukan aksi pergerakan
Mulai dari kampus UII hingga ke gedung DPR Jogja kala itu
Dengan membawa isu tentang menolak pendidikan komersial
Hari yang melelahkan di Kota pelajar Jogja
Begitu juga keadaan keluargaku di kota angin semakin sulit ekonominya
Sejak di tinggal ayah tiada
Tetapi aku tetap berjuang untuk melakukan studi
Walau dikemudian hari mendapat tantangan yang berat
Hingga aku juga memutuskan cuti selama setahun
Bahkan aku juga pernah terlambat membayar SPP harus di sidang oleh Dewan terhormat Dekan dan Para Dosen
Hingga aku harus libur kuliah selama tiga tahun
Gara-gara telat bayar SPP dan Cuti selama setahun
Dari sinilah pengalamanku di mulai dalam serba kekurangan
Aku harus berjuang melihat keadaan tidak harus mengandalkan di bangku kuliah
Tetapi belajar menulis dan membaca keadaan terus aku gelorakan dari dalam jiwaku
Bahkan setelah aku lulus pun
Aku tak ingin untuk mengambil ijazah
Karena setelah mengambil aku yakin pasti di dorong untuk bekerja di instansi-instansi terkait
Padahal aku merasa kurang cocok untuk bekerja di instansi
Sebab aku masih terobsesi untuk terus bergolak dengan Ilmu
Hingga suatu hari aku punya mimpi membuat sebuah karya tulis
Walau itu sederhana
Berjuang di dalam keterbatasan merupakan hal yang mustahil
Kecuali ada keajaiban
Namun setelah aku pulang dari Borneo
Aku bertemu saudaraku dalam satu Yayasan Asy-Syamsi dan sekaligus Kakekku yang menjadi direktur adnoc dan dia sangat berjasa dalam kehidupan ku ke depan
Karena dia menawarkan aku untuk terus melanjutkan studi di Kota pelajar
Bahkan dia siap membantu segala keperluan ku
Sungguh Ketetapan Tuhan begitu agung
Rezeki terkadang sulit ditebak dari mana asal arahnya
Kebaikan Direktur Adnoc yang kini sudah tiada
Dia merupakan salah satu Paman dari pemilik situs Bukalapak yang populer di Republik Indonesia
Hingga membuat aku mempunyai keyakinan
Bahwa berkah tidak akan kemana
Bila Tuhan sudah menetapkan sebuah keadaan
Begitulah sekelumit belajar di Kota pelajar yang penuh dengan nilai-nilai sejarah dalam hidupku
Semua tak lepas dari kehendak Ilahi
Karena Dia penentu segala ketetapan
Dari segala kehidupan
Aku hanya mengikuti kehendakNya
Sebab Dia yang menetapkanNya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H