Mendung tebal sejak pagi masih menghias di celah-celah langit Solo Raya
Merapi masih tidur pulas sejak malam tadi
Mungkin saja Merapi terdiam diri merenung di hari lockdown di akhir pekan ini
Namun tak di sangka kabut hitam mewarnai kota angin sejak malam tadi
Ada kabar orang Khalaf di jalur sungai depan rumahku
Dari malam hingga pagi masih dalam pencarian
Namun tak kalah mengagetkan aku kehilangan sahabat di waktu remaja
Aku masih teringat jelas saat bersama dalam menimba Ilmu di bangku Madrasah
Namun ketetapan Tuhan tak bisa di bantahkan
Kabarmu di WA
Kubaca perlahan-lahan dan kucermati setiap kata
Dia sahabat kelas 1.6 di waktu remaja telah tiada
Aku mencoba terdiam sambil memegang HP dan mengucapkan bait suci
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Roji'un
Semoga engkau tenang di alam barumu
Barzakh namanya
Do'a-do'a kecil kulantunkan untukmu
Supaya langit terketuk
Walau langit sedang mendung sejak pagi tadi
Dengan mendengar kabarmu telah tiada
Membuat atma diri terkejut
Karena hati terasa tak percaya
Namun bila kehendak Tuhan sudah menjadi ketetapan
Apa yang mau di kata selain keikhlasan
Tuhan
Maka bahasa yakin dan percaya
Merupakan kata-kata agung
Bahwa segala nyawa dan raga akan kembali kepada Mu
Tuhan
Kupasrahkan segala raga dan nyawa
Merupakan kata keikhlasan dari semua atas kehendak Mu
Karena hidup dan matiku
Semua milikMu
Aku tak punya apa-apa
Selain menjalankan ketetapanMu
Semoga Engkau selalu merahmati kami dimanapun kami berada
Amin....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H