Penyakit Batin dan Cara Mengatasinya
Secara hukum manusia terdiri dari dua unsur yaitu fisik dan nonfisik, hal tersebut tidak bisa terbantahkan, ketika manusia memiliki kesadaran akan hal itu, maka perilakunya harus menjaga dirinya dari sesuatu yang membawa kehancuran, seperti halnya manusia yang sadar akan fisiknya, manakala badan sakit maka dia akan berusaha untuk mencari obat agar sembuh, dengan demikian dirinya akan merasakan kebahagian.Â
Sayangnya sekarang banyak sekali yang tidak menyadari bahwa unsur yang ada dalam dirinya juga ada unsur batin atau hati yang juga harus dijaga. Sehingga ketika fisiknya merasa tidak sakit tetapi hati selalu merasa gelisah dan serba ketidakpuasan dirinya merasa bahwa dirinya baik-baik saja.Â
Hal itulah yang disebut dengan penyakit batin, manakala fisik manusia mengalami keadaan sakit, apabila sakit perut diminum obat luntur maka akan sembuh jika tidak sembuh dengan obat biasa maka akan sembuh dengan obat yang terakhir yaitu maut.Â
Bukanlah ketika maut sudah menjemput tidak akan merasakan sakit lagi! karena nyawa dan badannya sudah berpisah, dengan demikian sudah berakhir sakit fisiknya, beda lagi kalau manusia mempunyai sakit hati maka tidak ada obat lagi selain berlindung kepada Allah SWT serta mengikuti petunjukNya.
Definisi Penyakit Batin
Apabila kita maknai dengan penyakit dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan dengan sesuatu yang menyebabkan terjadinya gangguan pada makhluk hidup, atau dalam kaitannya dengan penyakit fisik dimaknai dengan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh bakteri, virus, atau kelainan sistem faal atau jaringan pada organ tubuh.
Dengan begitu kita bisa menyimpulkan bahwa penyakit adalah keadaan dimana sesuatu itu tidak berjalan sesuai dengan fungsinya, misalnya kita mempunyai penyakit mata rabun, maka realitasnya mata kita tidak bisa berjalan sesuai dengan fungsinya untuk menangkap gambar.Â
Demikian pula kita maknai dengan penyakit hati maka penyakit hati merupakan keadaan dimana hati nurani manusia tidak berjalan sesuai dengan mestinya. Perlu kita ketahui bahwa setiap manusia itu diberikan yang namanya hati nurani atau dalam dunia filsafat dimaknai dengan nafs suara kebenaran.Â
Pernahkah pembaca merasakan ketika berbuat sesuatu yang salah, misalnya kita tidak berbicara jujur dengan orang tua, meminta uang bilangnya untuk beli buku ternyata malah bukunya gratis dan tidak usah beli dan uangnya digunakan untuk jajan.Â
Ketika kita menggunakan uang pemberian hasil berbohong tersebut, pernahkan diri pembaca merasakan hati ini rasanya tidak enak, merasa bersalah, dan rasanya tidak tenang selalu gelisah.Â
Demikianlah jika perbuatan berbohong itu terus kita kerjakan maka hati-hati diri kita memiliki penyakit hati, perasaan tidak tenang akan terus bergejolak, dan lebih parah lagi kita harus benar waspada darurat apabila perbuatan buruk sudah sering dikerjakan hingga perasaan bersalah sudah mulai hilang dan tidak ada lagi atau lebih parah merasa senang.Â
Keadaan itu jika disamakan dengan penyakit kanker maka penyakit hati seperti itu sudah masuk stadium akhir dan gawat darurat serta sangat susah untuk mengobatinya. Penyakit batin ini banyak ragamnya, ada penyakit bodoh, bakhil, takabur, tamak, riya, dan lain sebagainya.Â
Cara Mengatasi
Penyakit hati perlu kita waspadai dikarenakan tanggung jawabnya tidak hanya di dunia tetapi sampai akhirat. Lalu bagaimana cara agar kita terhindar dari penyakit hati ini? Dalam bukunya Hamka berpendapat demikian.Â
Apabila badan seseorang sehat, kewajiban dokterlah memberikan nasehat bagaimana menjaga kesehatan itu. Jika badan sakit tugas dokter ialah mengobati sampai sembuh. Terhadap batin juga demikian, seseorang dokter jiwa wajib ikhtiar agar kesehatan yang telah ada dapat terjaga dan bertambah maju.Â
Jika batin sakit dokter perlu mengobati hingga sembuh, sebagaimana badan diobati dengan melawan, artinya penyakit yang dingin diobati dengan yang panas, penyakit yang panas diobati dengan yang dingin supaya kembali kesehatan itu pada pertengahannyaÂ
Demikian pula mengobati penyakit batin, penyakit batin juga diobati dengan lawan pula. Penyakit bodoh dilawan dengan ilmu, penyakit bakhil dilawan dengan bersedekah, penyakit takabur dilawan dengan tawadhu, penyakit tamak diobati dengan menahan diri dari barang yang di tamaki itu meskipun dengan paksa.Â
Sebagaimana ketika kita sedang sakit fisik maka kita harus tahan dengan meminum obat yang rasanya pahit, demikian pula penyakit batin diobati dengan menahan dari sesuatu yang membuat sakit. Hal demikian kata Hamka dinamakan dengan mujahadah.Â
Cara yang paling mujarab mengobati penyakit batin adalah dengan teguh memegang pendirian, ketika memutuskan untuk meninggalkan syahwat, langsung dijadikan sebagai pendirian.Â
JIka ketemu halangan, tandanya tantangan menjadi sengit. Halangan bukanlah bala tetapi cobaan dari Allah SWT. Manakala sekali mengubah pendirian, lantaran bertemu dengan halangan, tanda akan selamanya langkah tidak akan sampai kepada yang dituju, maka rusak dan binasalah diri. (Hamka, Akhlakul Karimah, hal. 20-21).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H