Mohon tunggu...
Khoirul Munir
Khoirul Munir Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Peneliti

Manusia bisa dihancurkan, Manusia bisa di matikan, tapi Manusia tidak dapat dikalahkan selama dia yakin dan teguh pada dirinya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Analisis Kemampuan dan Kebutuhan Guru di Era Industri 4.0

7 Desember 2021   07:47 Diperbarui: 7 Desember 2021   07:55 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat berpengaruh dalam membangun kecerdasan bangsa. Saat Jepang dibom oleh sekutunya yaitu Amerika di kota nagasaki dan hirosima. Jendral jepang bertanya kepada prajuritnya tentang  berapa guru yang dapat di selamatkan. Ini berarti negara semaju Jepang sangat begitu memperhatikan guru dan pendidikan. 

Menurut para filsuf dan pendidik eropa pendidikan slalu memiliki gagasan yang jelas tentang siapa dan apa yang diajarkan. Menurut Bruni (2016) Tujuan Pendidikan adalah  mengejar kebenaran yang dimaksud sebagai apa yang di dapat untuk berpikir. Pemikiran pendidikan barat sangat memperhatikan faktor logos. Artinya pendidikan berarti mempertanyakan esensi pemikiran yang rasional, yang memimiliki pembenaran dalam tujuan melestarikan diri melalui rasional dan sarana teknis.

Dunia pendidikan adalah dunia belajar. menurut Hosnan (2016) belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu dimana proses tingkah laku yang ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman". Core inti pendidikan adalah menjual jasa pendidikan yang sesuai dengan standar nasional yang telah ditentukan. menurut Dunia pendidikan formal yang ada bisa berupa sekolah dan universitas, begitu sebaliknya  pendidikan non formal bisa berarti tempat les dan lain-lain. 

Menurut Pryahin & Burakova (2019) pendidikan juga adalah salah satu syarat penting untuk mencegah kekerasan dan pembentukan pola pikir humanistik dan non kekerasan. pendidik adalah mentor yang memiliki pengaruh yang menentukan pada pemikiran dan perilaku anak-anak dan remaja, serta meletakkan dasar ideologis untuk mereka. 

APBN di indonesia untuk dunia pendidikan cukup besar yaitu sekitar 20% dan regulasi ini diatur dalam UUD Pasal 31 ayat 4 undang-undang dasar negera republik indonesia.  Pendidikan yang dimaksud bermuara pada sekolah yang akan diteliti.

Sekolah berasal dari bahasa latin yaitu skhhole yang dapar di artikan sebagai waktu luang (George, 2020). Sekolah di sini adalah suatu kegiatan di waktu luang bagi anak untuk   menikmati kegiatan utama yang diharapkan, yakni bermain dan menghabiskan waktu untuk memulai berhitung, menghafal dan membaca huruf-huruf dan mengenali yang berhubungan  tentang moral (budi pekerti) dan  seni zaman telah berubah dan sekolah telah berubah menjadi makna yang berbeda yaitu beberapa bangunan atau suatu lembaga intelektual yang berfunsgi sebagai muara Kegiatan belajar dan mengajar. Sekolah slalu berhubungan dengan akreditasi khususnya di tangerang memiliki jumlah yang cukup memilukan. 

Menurut Kepala Dinas Pendidikan Pemkab Tangerang, Banten. Zaenudin Mengatakan bahwa sebanyak 280 sekolah dari 340 sekolah dari katagori SMA dan SMK belum terakreditasi. Beliau juga mengungkapkan berupaya mendorong pimpinan sekolah untuk melakukan akreditasi adalah cara sekolah meningkatkan mutu pendidikan mutu pendidikan ini juga sangat mempengaruhi kinerja guru yang berhubungan dengan aspek dengan kemampuan berpikir konseptual guru dan pengambilan keputusan yang bijak. Tentu kemampuan psikis seorang guru juga akan merasa tidak nyaman jika sekolah masih belum terakreditasi dengan baik. akreditasi sekolah juga di pengaruhi dengan adanya jumlah Rendahnya guru yang berstatus PNS

Jumlah Guru SMK Dibanten khusunya yang memiliki status Pns sangat rendah terhitung hanya 1618, PNS yang diperbantuan 97, Guru SMK yayasan 5.745, Kepala Sekolah 578, dan data guru smk yayasan berjumlah 10.833 dengan adanya data ini pun mempengaruhi bagaimana Rendahnya guru yang masih belum S1 khususnya pada Swasta. Pahadal guru yayasan sangat banyak khususnya pada bidang SMK.

Rendahnya guru yang belum tersertifikasi karena belum ada upaya dari guru tersebut untuk mengikuti PPG. PPG adalah singkatan dari Pendidikan Profesi Guru. Variabel alasan guru adalah tidak adanya sumber daya modal yaitu uang yang cukup untuk biaya pendidikan atau kurang minatnya pendidikan disebabkan oleh tidak maunya berpikir kembali dan sudah kelelehan untuk disuruh mengerjakan tugas. 

Apalagi jika tugas tersebut menggunakan alat teknologi seperti laptop dan lain.lain dari jumlah total guru jenjang smk yaitu 10.833 maka jumlah guru yang berkelamin laki-laki adalah 1.444 yang sudah mengikuti PPG dan Perempuan sebanyak 2.929. data ini bisa dilakukan kalkulasi yaitu hanya 40% dari jumlah 100%. Rendahnya guru yang melengkapi perangkat pembelajaran masih sedikit hal ini dibuktikan dari peneliti yang terjun langsung bertanya kepada piha kurikulum sekolah yang diambil sampelnya.

Masih banyak sekolah-sekolah yang belum mengumpupkan perangkat pembelajaran seperti RPP, Silabus, Prota, Promes, KKM, Minggu Efektif, Kalender Pendidikan dan lain-lain. data diatas cukup membuat kita mengambil kesimpulan bahwa 20 % persen guru yang tidak lengkap Perangkat pembelajarannya dikarekan guru tersebut asal copy paste diinternet dan tidak mau berpikir lagi membuat konsep pembelajaran dengan metode-metode yang maju. guru-guru tersebut telah nyaman pada metode pembelajarannya yang konvensional. 

Berbeda lagi dengan guru-guru yang tidak mengumpulkan perangkat pembelajaran alasan guru tersebut lebih ke arah sudah tidak bisa lagi membuat rpp menggunakan model-model terbaru seperti One Page yang menggunakan sistem kompoterisasi dan sistem internet yang canggih. Sekolah harusnya terus update supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai manajer puncak.  

kepala sekolah memegang peranan penting dalam kinerja dibantu oleh wakilnya yaitu wakasek prasarana, kurikulum, sumber daya manusia, kesiswaan dan lain-lain. Semua komponen sekolah harus lebih bekerja SMK swasta harus lebih diperhatikan lagi keadaannya. Karena SMK Swasta mengalami masalah yang cukup komplek yaitu siswanya yang berkurang dan lebih berminat pada sekolah negeri yang gratis dan juga tingkat pengangguran tertinggi lahir dari SMK yang harusnya sekolah vokasi dan link and macth dengan industri.

Data ini pengangguran ini dikatakan oleh Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) satriawan salim yaitu SMK Menghasilkan pengguran paling tinggi pertahun yaitu 8,49%. Tentu guru juga terseret karena berkontribusi secara langsung sebagai pendidik.  Karena guru adalah ujung tombak nya pendidikan.

Menjadi guru adalah pekerjaan dan tantangan luar biasa. Selain harus tanggap dan cepat memenuhi kebutuhan murid guru juga harus bisa menyimbangkan hidup dengan perkembangan zaman. Masalah yang guru hadapi adalah bagaimana seorang guru bersikap terbuka dalam mempelajari hal-hal baru dan tidak terisolasi dengan pengetahuan luar yang bermanfaat. Melalui jurnal Sa'adatu (2019) bahwa secara menyeluruh rata-rata penilaian kinerja guru pendidik terhadap pekerjaannya tergolong rendah yang di tunjukan dengan total grand score sebesar 2,906. Hal ini lebih mengarah kepada fleksibilitas kognitif.  

Tidak hanya itu, guru harus harus berkolerasi dengan teknologi yang super cepat untuk memahami bagaimana Pembelajaran jarak jauh dan media pembelajaran lainnya. Literasi digital harus sering dilakukan. namun kenyataannya data empirik secara dilapangan begitu mengejutkan. Menurut data Ikatan Guru Indonesia (IGI), Lestari Moerdijat mengungkapkan bahwa tercatat 60 % guru memiliki kemampuan yang sangat buruk dalam menggunakan teknologi saat mengajar. Kendala gagap ini harus segera diatasi oleh pemerintah.

Hasil survei pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan (Pustekkom) menemukan bahwa baru 40 persen guru yang siap dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sedangkan yang 60 persen lagi belum siap dengan kemajuan di era digital. Ini membuktikan bahwa guru perlu meningkatkan pengetahuan dan kreativitasnya dalam proses pengajaran berbasis literasi digital. Sebab untuk merespon era perkembangan industri 4.0, guru harus mampu untuk berliterasi digital ketika mengajar di kelas agar pembelajaran yang dijelaskan menarik dan mudah untuk dipahami. D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun