Mohon tunggu...
Khoirul Munir
Khoirul Munir Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Peneliti

Manusia bisa dihancurkan, Manusia bisa di matikan, tapi Manusia tidak dapat dikalahkan selama dia yakin dan teguh pada dirinya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Analisis Kemampuan dan Kebutuhan Guru di Era Industri 4.0

7 Desember 2021   07:47 Diperbarui: 7 Desember 2021   07:55 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berbeda lagi dengan guru-guru yang tidak mengumpulkan perangkat pembelajaran alasan guru tersebut lebih ke arah sudah tidak bisa lagi membuat rpp menggunakan model-model terbaru seperti One Page yang menggunakan sistem kompoterisasi dan sistem internet yang canggih. Sekolah harusnya terus update supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai manajer puncak.  

kepala sekolah memegang peranan penting dalam kinerja dibantu oleh wakilnya yaitu wakasek prasarana, kurikulum, sumber daya manusia, kesiswaan dan lain-lain. Semua komponen sekolah harus lebih bekerja SMK swasta harus lebih diperhatikan lagi keadaannya. Karena SMK Swasta mengalami masalah yang cukup komplek yaitu siswanya yang berkurang dan lebih berminat pada sekolah negeri yang gratis dan juga tingkat pengangguran tertinggi lahir dari SMK yang harusnya sekolah vokasi dan link and macth dengan industri.

Data ini pengangguran ini dikatakan oleh Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) satriawan salim yaitu SMK Menghasilkan pengguran paling tinggi pertahun yaitu 8,49%. Tentu guru juga terseret karena berkontribusi secara langsung sebagai pendidik.  Karena guru adalah ujung tombak nya pendidikan.

Menjadi guru adalah pekerjaan dan tantangan luar biasa. Selain harus tanggap dan cepat memenuhi kebutuhan murid guru juga harus bisa menyimbangkan hidup dengan perkembangan zaman. Masalah yang guru hadapi adalah bagaimana seorang guru bersikap terbuka dalam mempelajari hal-hal baru dan tidak terisolasi dengan pengetahuan luar yang bermanfaat. Melalui jurnal Sa'adatu (2019) bahwa secara menyeluruh rata-rata penilaian kinerja guru pendidik terhadap pekerjaannya tergolong rendah yang di tunjukan dengan total grand score sebesar 2,906. Hal ini lebih mengarah kepada fleksibilitas kognitif.  

Tidak hanya itu, guru harus harus berkolerasi dengan teknologi yang super cepat untuk memahami bagaimana Pembelajaran jarak jauh dan media pembelajaran lainnya. Literasi digital harus sering dilakukan. namun kenyataannya data empirik secara dilapangan begitu mengejutkan. Menurut data Ikatan Guru Indonesia (IGI), Lestari Moerdijat mengungkapkan bahwa tercatat 60 % guru memiliki kemampuan yang sangat buruk dalam menggunakan teknologi saat mengajar. Kendala gagap ini harus segera diatasi oleh pemerintah.

Hasil survei pusat teknologi informasi dan komunikasi pendidikan dan kebudayaan (Pustekkom) menemukan bahwa baru 40 persen guru yang siap dengan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sedangkan yang 60 persen lagi belum siap dengan kemajuan di era digital. Ini membuktikan bahwa guru perlu meningkatkan pengetahuan dan kreativitasnya dalam proses pengajaran berbasis literasi digital. Sebab untuk merespon era perkembangan industri 4.0, guru harus mampu untuk berliterasi digital ketika mengajar di kelas agar pembelajaran yang dijelaskan menarik dan mudah untuk dipahami. D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun