Mohon tunggu...
khoirul khabibi
khoirul khabibi Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Teknik Elektro UGM Wakil Ketua Divisi Riset Kelistrikan Dewan Energi Mahasiswa UGM

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Teknologi Bukan Sekadar Komoditas Politik

30 Oktober 2018   00:28 Diperbarui: 30 Oktober 2018   01:21 3220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan teknologi yang ditandai dengan munculnya berbagai penemuan atau produk teknologi baru menjadi tolok ukur kemajuan suatu bangsa. Maka menjadi lumrah ketika kemajuan dan perkembangan teknologi menjadi perhatian serius dari suatu negara.  Sehingga banyak negara berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan dalam riset teknologi terkini. 

Kebangkitan suatu negara dari negara ketiga menjadi negara maju disebabkan oleh kemampuan negara tersebut untuk melakukan inovasi di bidang teknologi. Katakanlah Korea Selatan, bagaimana negara ini bertranformasi menjadi negara yang unggul teknologinya. Kita mungkin banyak mengenal merk-merk teknologi terkenal dari Negeri Gingseng sekarang ini.

 Tetapi coba kita tengok kondisi Korea Selatan tahun 1960an. Pada awal selesainya perang korea yang menyebabkan semenanjung korea terbagi menjadi dua negara, Korea Selatan merupakan negara miskin. Majalah Times bahkan menyebut bahwa Korea Selatan lebih miskin dari Irak, Liberia, dan Zimbabwe. Ditambah lagi ketiadaan sumber daya alam dari negara ini.

Kemajuan Korea Selatan dengan memanfaatkan transfer knowledge di bidang teknologi tidak diraih dengan instan. Transformasi Korea Selatan diawali dengan pembangunan industry mobil dan perkapalan saat Park Chung-Hee berkuasa di tahun 60-an. Era ini disebut sebagai Korea 1.0. Paska krisis 1998, ekonomi negara ginseng itu memasuki era Korea 2.0. Perekonomian Korea sekarang didominasi oleh industri-industri baru, seperti hiburan, perangkat lunak, dan manufaktur peralatan telekomunikasi. H

ingga sekarang, pemerintah Korea tetap konsisten menjadikan teknologi sebagai penggerak utama ekonomi mereka. Hal tersebut dilakukan secara simultan dan kontinyu dari satu penguasa ke penguasa lainnya.

Indonesia juga sedang mencoba melahirkan inovasi-inovasi di bidang teknologi sebagai roda penggerak kemajuan bangsa. Angin segar  datang ketika walikota Solo saat itu, Joko Widodo, yang kelak menjadi Presiden RI, memperkenalkan mobil Esemka sebagai mobil karya anak bangsa yang patut diberikan perhatian ekstra. Bahkan beliau mengganti mobil dinasnya dengan mobil Esemka.   

Esemka adalah produk mobil hasil rakitan siswa-siswa Sekolah Menengah Kejuruan yang bekerja sama dengan institusi serta industri dalam negeri dan beberapa perusahaan lokal dan nasional. Kandungan komponen lokal (dalam negeri) berkisar antara 20%-80%. Sebuah kabar yang cukup menggembirakan kita semua yang memang sudah memimpikan negara ini mempunyai mobil nasional

Namun beberapa tahun berlalu semenjak diperkenalkan ke publik, Keberadaannya seolah menghilang ditelan bumi. Alih-alih menjadi produk kebanggaan Indonesia, tetapi mobil ini sangat jarang kita temui melaju di jalanan. Walaupun sudah lulus uji emisi, produksi massal seperti yang diharapkan sebagian masyarakat belum juga terwujud. 

Bahkan media-media lokal maupun nasional seperti sudah tidak tertarik untuk menelusuri kelanjutan produksi mobil ini. Masyarakat agaknnya juga sudah tidak berharap banyak. Mengingat pada era-era sebelumnya juga pernah muncul produk semacam ini yang pada akhirnya tidak jelas kelanjutannya.

Kini setelah lama menghilang, tiba-tiba saja kabar Esemka muncul ke permukaan. Setelelah hampir 4 tahun menghilang, Esemka seolah bangkit dari kuburnya dan siap merajai jalanan di Indonesia. Kabar ini tentu saja membuat publik bertanya-tanya. Bagaimana tidak, kemunculannya berdekatan dengan momentum pemilihan presiden 2019. 

Bahkan tidak jarang juga ada pihak yang menuding Esemka hanya dimanfaatkan untuk meraih kekuasaan kembali. Media nasional ramai-ramai menyoroti hal ini. Banyak juga yang meragukan pembuatan mobil ini dan mengatakan bahwa sebagian besar komponennya masih impor. Tentu saja pihak pemerintah berdalih bahwa kebetulan saja mobil ini siap diproduksi mendekati berakhirnya masa pemerintahan Presiden Jokowi.

Kita patut bangga dan mengapresiasi ketika memang pemerintah serius untuk menggarap hal ini. Kiranya, belajar dari Korea Selatan yang awalnya merupakan negara miskin menjadi berbalik 180 derajat karena mampu melakukan knowledge transfer di bidang teknologi juga perlu dilakukan. 

Jangan sampai inovasi teknologi hanya menjadi dagangan para politisi dan digunakan untuk kepentingan politik praktis semata. Perlu sebuah konsistensi dan kerja nyata untuk mewujudkan kemajuan bangsa Indonesia melalui teknologi. Karena sejatinya, putera puteri bangsa ini juga mampu unggul bersaing dengan bangsa lain, terutama dalam bidang teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun