Mohon tunggu...
khoirul ikhsan
khoirul ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masyarakat biasa

agak suka baca

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kunci Ketenangan Hidup: Fokus pada Apa yang Bisa Kita Kendalikan

16 Juni 2023   13:11 Diperbarui: 16 Juni 2023   13:25 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kunci ketenangan hidup: Fokus pada apa yang bisa kita kendalikan.

Yang namanya hidup di dunia pasti heterogen akan kejadian atau peristiwa, baik itu kejadian atau peristiwa yang menyenangkan, menggembirakan atau malah sebaliknya, yakni mengharukan dan menyedihkan. 

Pernah gak sih kalian  melakukan effort semaksimal mungkin untuk mencapai hasil yang baik dan sesuai dengan apa yang diinginkan tapi hasil akhirnya adalah gagal, tidak sesuai, dan kecewa pastinya. 

Kalau kalian pernah atau sedang di fase ini, saya akan sedikit sharing mengenai dikotomi kendali yang beberapa bulan ini saya temukan dari buku Filosofi Teras karya om Henry Manampiring dan esensi dari buku ini saya terapkan di kehidupan dan berdampak baik juga pada ketenangan dalam hidup.

Dikotomi Kendali

Sederhananya dikotomi kendali adalah pemahaman soal bagaimana kita dalam kehidupan ini harus bisa membedakan antara mana hal yang bisa kita kendalikan dan mana hal yang tidak bisa kita kendalikan. 

Dan yang paling sering terjadi adalah emosi negatif seperti sedih, marah, cemburu, curiga, baper, dan yang lainnya timbul ketika kita mengkhawatirkan tentang hal yang sebenarnya tidak bisa kita kendalikan. 

Contohnya ketika saya mengikuti SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Test) untuk masuk kampus yang selama ini diinginkan, hal yang bisa saya kendalikan adalah berusaha dan belajar supaya lolos test dan masuk ke kampus yang diinginkan, tapi perihal lolos test atau keterima di kampus yang diinginkan bukan lagi ada di dalam kendali. Jadi seharusnya tidak perlu memikirkan hal-hal diluar kendali kita atau kurang baik juga kalau sampai overthinking.

Semua peristiwa atau kejadian itu bersifat netral

Sebenarnya semua peristiwa atau kejadian itu bersifat netral akan tetapi respon kita terhadap peristiwa atau kejadian itu yang membuat positif atau negatif. Seperti yang dikatakan Epictetus bahwa bukan kejadian atau peristiwa tertentu yang meresahkan kita, tetapi pertimbangan, pikiran, atau persepsi akan kejadian atau peristiwa tersebut. 

Sebagai contohnya ketika saya gagal SNBT dan peluang masuk kampus idaman hilang, sebenarnya ini netral, saya gagal di SNBT tidak akan mempengaruhi masa depan saya, dan kesuksesan tidaklah mutlak digapai lewat bangku perkuliahan, jadi gagal SNBT untuk masuk kampus idaman adalah sesuatu biasa-biasa saja. 

Tetapi yang menjadikan hal ini menjadi negatif adalah respon kita, kita merespon peristiwa netral ini dengan kesedihan dan kekecewaan yang pada intinya hal ini diluar kendali kita. Maka kita harus belajar memanajemen dikotomi kendali ini dengan membiasakan fokus pada apa yang bisa dikendalikan serta tidak memasang ekspektasi tinggi pada apa yang tidak bisa dikendalikan. 

Penerapan Dikotomi Kendali

Prinsip dikotomi kendali ini bisa diterapkan di berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sosial misalnya, daripada resah atau baper mendengar penilaian atau opini orang lain terhadap kita yang notabene belum tentu benar atau sesuai fakta yang ada, lebih baik fokus ke diri sendiri, fokus sama tujuan dan apa yang bisa kita kendalikan. Dan kita tidak seharusnya terpengaruh atau khawatir  terhadap penilaian atau opini orang lain yang dimana tidak bisa kita kendalikan.

Filosofi teras atau Stoisme bilang kalau kita terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak bisa kita kontrol adalah tindakan tidak rasional dan melawan hukum alam. Jadi seharusnya kita cukup berusaha semaksimal mungkin dengan apa yang bisa kita kendalikan untuk mencapai kunci ketenangan hidup tanpa mengkhawatirkan apa yang diluar kendali kita.

Prinsipnya emang sesederhana ini sih, tapi prakteknya tidak sesederhana itu. kita mesti melatih diri dengan menerima apa yg sudah ditakdirkan tanpa memikirkan apa yang ada diluar kendali kita. Mulai sekarang coba bedakan apa saja yang termasuk dalam kendali dan diluar kendali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun