Sosok yang semestinya mengayomi nan sejahterakan tidaklah lain sebagai penjajah yang membutakan kemanusiaan.
Persoalan masyarakat mati kelaparan, kurangnya sandang pangan, tidak dapat pendidikan yang bermutu, fasilitas kesehatan yang buruk, membuat masyarakat semakin tak berdaya.
Lantas apakah ini bisa disebut pemimpin yang berkepemimpinan ....
Potret pemimpin yang haus akan kekuasaan sering kali membuatnya gagal dalam menjalankan tanggung jawabnya dengan adil, jujur, dan berpihak pada kepentingan masyarakat.
Hasrat singgasana yang menggelincirkan pemimpin hanya demi memuaskan kepentingan sosialnya. Mereka terpedaya akan kenyamanan singgasana dengan keistimewaan duniawi dalam menyibukkan kantong dan perut yang tiada guna bagi kepentingan masyarakat.
Kapankah masyarakat akan terpenuhi hak -- hak untuk keberlangsungan hidupnya, menikmati fasilitas -- fasilitas penunjang kebutuhannya.
Jika hanya Ibu Kota saja yang dipercantik dengan gedung -- gedung tinggi nan megah sebagai wajah berpolitik pribadi.
Tidaklah banyak yang masyarakat inginkan ...
Hanyalah sosok pemimpin bermatabat nan agung yang dapat mengoptimalkan sumber daya daerahnya, dia yang mampu memberikan senyum ceria untuk mereka yang usia renta dan belia, dia yang mampu menampung semua aspirasi para remaja, dan bukan hanya demi kepentingan nafsu pribadinya.
Inilah negeri kita tanah kelahiran yang semestinya menjadi rumah pelindung dikala teriknya mentari dan hujan, menjadi tempat tumbuh kembang tanpa beban, tapi apakah ini hanya seperti mimpi saat tidur siang.
Wahai pemimpin negeri ini sesulit itukah engkau bercengkramam dengan kami, mendengarkan keluh kesah hidup ini, membasuh peluh keringat anak negeri ini.