Mohon tunggu...
Siti Khoiriyah
Siti Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Seamarang

Mahasiswi UNNES

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ketidakadilan Ekonomi dan Alienasi Pekerja: Kritik Terhadap Sistem Kapitalisme

10 Desember 2024   19:55 Diperbarui: 10 Desember 2024   19:54 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kritik terhadap kapitalisme sebagai suatu mazhab ekonomi mencakup berbagai dimensi yang saling berkaitan, terutama yang menyentuh aspek ketidakadilan sosial, distribusi kekayaan yang tidak merata, serta dampak buruk yang sering kali timbul terhadap lingkungan hidup. Sistem ini, meskipun dianggap efisien dalam mendorong inovasi dan pertumbuhan ekonomi, tidak luput dari sorotan karena efek samping yang dihasilkan sering kali merugikan kelompok masyarakat tertentu dan ekosistem secara keseluruhan. Ketidakadilan sosial menjadi salah satu sorotan utama, di mana kapitalisme cenderung memperlebar kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin. Selain itu, distribusi kekayaan yang timpang, di mana segelintir pihak menguasai sebagian besar sumber daya. Dampak negatif terhadap lingkungan juga menjadi isu yang tak kalah penting, mengingat banyaknya perusahaan yang mengutamakan keuntungan tanpa memperhatikan eksploitasi sumber daya alam dan degradasi ekosistem. Dengan berbagai persoalan tersebut, kapitalisme kerap menghadapi kritik tajam yang memunculkan perdebatan panjang tentang keadilan dan keberlanjutannya sebagai sistem ekonomi. Berikut adalah beberapa kritik utama terhadap kapitalisme yang sering menjadi perhatian publik dan akademisi di seluruh dunia, yaitu sebagai berikut:

Ketidakadilan ekonomi dalam sistem kapitalisme sering menjadi perhatian karena cenderung memprioritaskan keuntungan pribadi di atas kesejahteraan bersama. Sistem ini memungkinkan segelintir individu atau perusahaan besar mengakumulasi kekayaan melalui kepemilikan alat produksi, investasi, dan eksploitasi tenaga kerja, sehingga memperburuk ketimpangan ekonomi. Individu dari latar belakang ekonomi rendah seringkali terjebak dalam lingkaran kemiskinan karena kurangnya akses terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, dan peluang kerja yang layak, yang membatasi mobilitas sosial mereka. Selain itu, tekanan untuk memaksimalkan keuntungan dapat mendorong perusahaan untuk menekan biaya produksi, yang sering berdampak pada upah rendah, jam kerja, dan kondisi kerja yang tidak manusiawi, terutama di sektor informal. Ketimpangan ini juga memicu ketidakstabilan sosial dan politik, di mana masyarakat yang merasa terpinggirkan kehilangan kepercayaan terhadap sistem dan terlibat untuk menuntut keadilan. Dalam jangka panjang, ketidakadilan ini melemahkan daya beli mayoritas masyarakat, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan ketidakseimbangan struktural yang sulit diatasi tanpa campur tangan aktif pemerintah, seperti redistribusi pendapatan, penguatan layanan publik, dan regulasi pasar tenaga kerja yang lebih adil.

  • Eksploitasi Kelas Pekerja

Dalam perspektif Marxisme, kapitalisme dilihat sebagai sistem ekonomi yang bertumpu pada eksploitasi tenaga kerja. Inti dari kritik ini adalah konsep nilai tambah (surplus value), yaitu selisih antara nilai yang dihasilkan oleh tenaga kerja dengan upah yang mereka terima. Menurut Karl Marx, pemilik modal (borjuis) mengambil sebagian besar nilai tambah tersebut sebagai keuntungan, sehingga kelas pekerja (proletariat) hanya menerima sebagian kecil dari nilai yang sebenarnya mereka ciptakan.

Selain eksploitasi, Marx menyoroti masalah keterasingan (alienation). Dalam sistem kapitalis, pekerja merasa terpisah dari hasil kerjanya karena mereka tidak memiliki kendali atas proses produksi atau produk akhir yang mereka buat. Kondisi ini menyebabkan perasaan tidak puas, kehilangan makna kerja, dan ketidakberdayaan di tempat kerja. Keterasingan ini mencakup empat aspek utama: keterasingan dari produk, dari proses kerja, dari diri sendiri sebagai pekerja kreatif, dan dari sesama manusia dalam hubungan sosial yang murni. Marx percaya bahwa sistem ini pada akhirnya menciptakan ketidakadilan dan konflik kelas

  •  Alienasi dalam Dunia Kerja

Alienasi adalah fenomena di mana pekerja merasa terpisah atau terasingi dari pekerjaan mereka, karena fokus kapitalisme pada pencapaian keuntungan yang maksimal. Dalam banyak kasus, pekerja tidak merasa terhubung atau puas dengan pekerjaan mereka, karena mereka hanya menjadi bagian dari proses produksi yang lebih besar tanpa merasakan kepemilikan atas hasil kerjanya. Alienasi ini dapat menyebabkan perasaan ketidakpuasan yang mendalam dan memengaruhi kesehatan mental serta kesejahteraan psikologis pekerja.

  • Keterbatasan Peran Pemerintah dalam Redistribusi Kekayaan

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang menekankan pada kepemilikan pribadi atas alat produksi dan perdagangan bebas, di mana pasar berperan sebagai penentu utama harga dan distribusi barang serta jasa. Dalam sistem ini, negara cenderung memiliki peran yang lebih kecil dalam mengatur ekonomi. Artinya, pemerintah tidak terlalu terlibat dalam menentukan harga atau mengatur bagaimana sumber daya (seperti tanah, tenaga kerja, dan modal) dibagikan di antara masyarakat. Ide dasar dari kapitalisme adalah bahwa pasar bebas di mana permintaan dan penawaran menentukan harga akan menciptakan efisiensi. Artinya, jika ada banyak persaingan dan kebebasan dalam berbisnis, perusahaan akan berusaha memberikan produk terbaik dengan harga terbaik untuk menarik konsumen. Konsep ini berasumsi bahwa pasar dapat secara otomatis mengatasi masalah seperti kelangkaan barang dan menciptakan kesejahteraan bagi semua pihak.

Namun, dalam kenyataannya, pasar bebas sering kali tidak bisa mengatasi masalah ketidakadilan sosial. Tanpa pengaturan atau intervensi dari pemerintah, ketidaksetaraan sosial bisa semakin melebar. Ini terjadi karena pasar lebih mengutamakan siapa yang punya lebih banyak sumber daya (seperti uang atau modal) untuk berinvestasi dan mendapatkan keuntungan. Misalnya, kelompok yang lebih kaya memiliki lebih banyak akses terhadap peluang bisnis, pendidikan, dan layanan kesehatan, yang semakin memperbesar kesenjangan antara yang kaya dan yang miskin. Jika pemerintah tidak ikut campur untuk mengatur redistribusi kekayaan atau menciptakan kebijakan yang mendukung kesejahteraan bersama (seperti program kesejahteraan sosial, pajak progresif, atau bantuan untuk kelompok miskin), kelompok yang kaya akan terus mendapatkan lebih banyak keuntungan, sementara kelompok miskin semakin tertinggal. Akibatnya, ketidaksetaraan antara kelas kaya dan miskin bisa semakin tajam, dan ini menciptakan masalah sosial yang lebih besar dalam masyarakat.

Dampak Kapitalisme terhadap Distribusi Kekayaan

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang mengutamakan kepemilikan pribadi atas faktor-faktor produksi dan mengandalkan pasar bebas dalam distribusi barang dan jasa. Dalam sistem ini, kekayaan dan sumber daya sering terkonsentrasi pada segelintir individu atau perusahaan besar, sementara sebagian besar masyarakat, khususnya kelas bawah, tetap tertinggal. Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai dampak kapitalisme terhadap distribusi kekayaan, yaitu:

  • Konsentrasi Kekayaan

Kapitalisme cenderung menciptakan konsentrasi kekayaan di tangan beberapa orang atau perusahaan besar. Mereka yang memiliki modal lebih besar dapat menginvestasikan uang mereka ke berbagai sektor, seperti saham, properti, atau perusahaan, yang kemudian memberikan mereka lebih banyak kekayaan. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki modal terbatas dalam upaya untuk mengakses kesempatan yang sama. Hasilnya, ketimpangan sosial semakin melebar karena jurang antara yang kaya dan yang miskin semakin dalam.

  • Ketidakadilan dalam Akses Sumber Daya

Dalam sistem kapitalis, akses terhadap sumber daya seperti pendidikan, teknologi, dan kesempatan kerja tidak merata. Mereka yang memiliki kekuatan ekonomi atau politik dapat menguasai sumber daya tersebut, sementara sebagian besar masyarakat, terutama kelas bawah, tidak memiliki kesempatan yang setara. Misalnya, pekerja dengan keterampilan rendah sering kali hanya menerima upah rendah dan tidak memiliki akses ke pelatihan untuk meningkatkan keterampilan mereka. Hal ini menghambat mobilitas sosial dan membuat mereka terperangkap dalam kemiskinan.

  • Eksploitasi Pekerja

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun